27 Mei 2017

Tentang Keluarga bagi Saya

Menurut kbbi online, ke·lu·ar·ga n 1 ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah; 2 orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; 3 (kaum -- ) sanak saudara; kaum kerabat; 4 satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.

Well, keluarga... hm, sudah hampir lima tahun berstatus sebagi istri. Dan dua tahun menjadi seorang ibu. Saya sangat sangat bersyukur untuk dua status yang saya punya itu. Beberapa waktu lalu saya sempat baper seharian penuh. Khadimat di keluarga mama, gak percaya kalau saya lulusan S1 farmasi plus sudah pernah disumpah apoteker. Dengan seenak njeplaknya, dia bilang gini. "Sayang duitnya, Mba... masa gak kerja sih?"

Hah. Dengan menahan emosi sambil istighfar, saya menjelaskan dengan menekan nada suara saya agar intonasinya tidak naik hehe, kalau prioritas saya untuk sekarang adalah keluarga kecil saya. Dan ilmu yang udah saya pelajari, insya Allah gak sia-sia. Akan ada masanya insya Allah. Semua itu sudah saya selipkan pada doa-doa saya.

Sebenarnya saya gak perlu merasa baper atau tersinggung, sih. Tapi saya juga emak biasa, yang kadang kalau lihat apotek atau mencium aroma rumah sakit (wkwk), rasa kangen praktik itu muncul. Tapi... lagi-lagi tapi... ketika Mursyid saya iseng tanyakan, "Nak, kalau ummi kerja gimana?"

Spontan anak itu menjawab dengan mimik wajah kesal campur sedih. "Ndak boleh! Ummi sama ucit aja. Biar abah ucit Syahri yang kerja!"

Itu... gak ada yang ngajarin ngomong begitu padahal... antara heran dan seneng. Berarti Mursyid memerlukan saya ada di samping dia. Dan ya, saya juga gak tega kalau jauh dari anak itu. Wong bangun tidur yang dicari ummi, mau makan ummi, mau main sama ummi... yah kaaan. Baper deh saya :').

Kalau menurut kbbi, definisi keluarga ya seperti di atas. Namun menurut versi saya, keluarga bukan hanya sekadar status ayah-ibu-anak saja. Tapi, keluarga itu semacam perkumpulan manusia, yang mana cinta bertumbuh dan menuntun kita ke jalan yang Allah ridhai. Di sana ada rasa ingin selalu mengingatkan pada kebenaran, dengan tak memadamkan rasa hangat yang sumbernya adalah sayang. Makanya, terkadang saya menemukan rasa hangat selayaknya keluarga, padahal tak ada ikatan darah. Ah, kedekatan tadi disebabkan oleh iman. Contohnya saat kita berkumpul dalam suatu majelis ilmu untuk semakin mengenal-Nya. Di sana, ada ruh-ruh yang diakrabkan oleh iman. Ada cinta yang berpendar, senyum-sapa tulus, hati yang terpaut karena Dia.

Lain lagi, ada banyak anak manusia yang tidak mengenal bagaimana wajah ibu yang melahirkannya. Tidak tahu seperti apa bau badan sang ayah yang dulu menggendongnya saat tangis si anak pecah untuk pertama kali ke dunia. Keluarga? Jika merujuk pada kbbi tentu saja masih. Tapi... akhirnya, si anak menemukan makna keluarga pada 'tempat' lain yang ia definisikan sendiri sebagai keluarga, meski statusnya hanya orang tua angkat.

Jadi mau di manapun saya, ketika saya menemukan orang-orang yang menerima saya apa adanya, saling menghargai serta menghormati. Ada rasa tolong menolong. Ada cinta serta sayang meski tak diungkap dengan lisan, saling menasihati dalam kebaikan, saya akan menganggap mereka selayaknya saudara. Sebab, ruh-ruh yang diakrabkan oleh iman, kelak akan dipertemukan lagi oleh Allah di jannah-Nya. Aamiin, insya Allah.