28 Februari 2016

Tips Toilet Training


gambar dari sini
Mau berbagi tips toilet training (TT) ala emaknya Mursyid. Postingan saya ini menindak lanjuti dari tulisan yang judulnya "Keranjang Baju Mursyid". Dari awal Mursyid lahir, saya membiasakan untuk jarang pakai yang namanya pampers atau clodi. Saya pribadi sih, gak membedakan pampers atau clodi. Buat saya, keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Tapi manfaatnya sama, yaitu supaya para emak gak sebentar-bentar ganti pokok, hehe.
Mursyid awal lahir sampai sekitar usia 5 bulan, pampers atau clodi dipakai saat malam hari dan saat pergi. Oh, kalau lagi musim hujan dan bikin stok popok menipis, juga masuk ke syarat pakai clodi atau pampers, haha. Kesehariannya ya begitu. Saya dan orang yang di rumah bolak-balik ngepel. Di usia 5  sampai 7,5 bulan, terkadang saat malam hari, tidak saya pakaian pampers atau clodi.
Ngompol? Jelas. Solusinya? Jemur kasur dong. Hahaha.
Saat itu, Mursyid usia 7,5 bulan dan saya sudah ikut suami ke Pontianak. Maka fix, tiap malam gak saya pakaikan pampers atau clodi. Siang hari pun begitu. Kecuali saat pergi ya.
Alhamdulillah, di usianya yang ke-9 bulan, dia mulai ada semacam kode -Mursyid belum bisa bicara- kalau mau pipis atau pup. Sampai sekarang usianya 13 bulan, kalau malam sudah jarang ngompol. Paling kalau cuaca dingin pake banget. Tapi kalau bangun tidur dan di toilet, buanyaaak deh tuh pipisnya : ))
Siang harinya, dia pipis sambil berdiri dan di lantai. Gak mau di kasur atau karpet. Kalau lagi asyik mainan di kasur misal, dia uju-ujug ke lantai sendiri. Terus pipis sambil berdiri :D. Tahap pipis sambil jongkok belum saya ajarkan ya. Karena emang dia baru bisa jalan. Juga kalau mau pup, dia kasih kodenya sambil berdiri terus ngeden gitu, haha.
Nah. Baru-baru ini, baru mau saya ajarkan mengkomunikasikan kalau dia mau pup atau pipis. Mursyid kosakatanya emang masih minim sih. "Bah, Mah, Babah, Papua, Pah". Belom ada ummi doong T_T. Tapi namanya juga pelajaran. Dikit-dikit. Mursyid pun sudah paham kok apa yang kita bicarakan.
Misal saya cari barang, "Sisir mana ya?"
Dengan sigap, Mursyid celingukan dan tadaaaa! Dia ambil sisir :D
Jadi tipsnya apa nih? Cekidot~

MJN dan Air Zam-Zam untuk Mursyid


           “Hatchiiiii…,”
Saya dari dapur langsung nengok ke arah suara dong. Subhanallah… anak lanang mau pilek! Heu…
“Demam gak, Bah?” tanya saya ke Abu Mursyid.
“Gak. Cuma anget,” jawab Abu Mursyid.
Baiklah. Akhirnya saya lihat perkembangan Mursyid. Kalau menjelang ashar Murysid demam, saya harus ikhlas gak ikut majelis jejak nabi yang diisi Ustadz Salim A Fillah. Tapi kalau cuma anget dan Mursyid masih ceria, oke. Bismillaah.
Dengan izin Alloh, Mursyid bisa diajak ngaji! Yeay… Mari kita belajar, Nak. Kita kenali siapa sosok Rasulullah saw. Sebelumnya mampir beli jeruk dulu buat ngemil Mursyid. Alhamdulillah, kajiannya agak ngaret, jadi gak ketinggalan materi. Setelah Mursyid menghabiskan satu jeruk, Ustadz Salim dateng.
Alhamdulillah… Abu Mursyid membiarkan saya mendengarkan khusyuk :D. Mursyid dipegang sama Abunya.
Saat Ustadz Salim bekisah tentang adanya perbedaan pendapat tentang usia Khadijah ra (antara 40 tahun atau 28 tahun). Tiba-tiba saja, “Ini, Mbak. Ambil.”
Eh?
“Untuk saya, Nek?”
Ibu yang saya panggil Nenek tersenyum. “Iya, untuk Mbak. Silakan. Saya bawa dua.”
Saya teliti botol kecil kemasan yang tertulis “Air Zam-Zam”. Dalam hati saya bertahmid berkali-kali. Yaa Alloh… rizkinya Mursyid yang sedang tak enak badan.
Hati-hati saya bicara ke Nenek, “Maaf, Nek… air zam-zamnya boleh untuk anak saya?”
“Boleh sekali, Mbak.”
Lalu saya hampiri Mursyid dan Abunya. Saya bawa Murysid duduk di samping saya untuk mengucapkan terima kasih kepada Nenek.
“Ini anak saya, Nek. Nah, ini air zam-zam dari Makkah untuk Mursyid dari Nenek. Ayo bilang, Jazaakillahu khior, Nek. Semoga Alloh membalas kebaikan nenek dengan kebaikan pula. Aamiin.”
“Aamiin yaa Alloh…” Sang Nenek mengelus kepala Mursyid.
Setelah itu kami berbicang sedikit tentang tempat tinggal, tahu dari mana adanya majelis jejak nabi, dan lainnya.
Menjelang maghrib kajian usai. Mursyid dibawa Abunya sebentar ke depan. Saya tengok sekilas, mereka mendatangi Ustazd Salim. Selesai sholat maghrib, Abu Mursyid cerita apa yang tadi dia bincangkan dengan Ustadz Salim.
“Tadi Mursyid didoakan sama Ustadz Salim.”
“Terus?”
“Abah cerita kalau pas hamil Mursyid dulu, ummi sama abah sering dateng ke MJN di masjid Jogokariyan.”
“Kata ustadz apa?”
“Iya kah? Mursyid seumuran dengan anak saya yang paling kecil.”
Hehehe…
Mursyid dan Ustazd Salim. Btw, itu mukanya lesu banget :D

Baarkallah, Nak. Semoga engkau menjadi seseorang yang selalu menuntut ilmu dan mengamalkannya. Syafakallah syifaan ajilan, anak sholehnya ummi dan abah. J

26 Februari 2016

Keranjang Baju Mursyid


Saya punya satu keranjang khusus di kamar bermain Mursyid. Isinya baju, celana, celana dalam, kaus dalam dkk milik Mursyid. Umm, semenjak usia Mursyid 7,5 bulan, saya putuskan untuk gak pakai clodi atau pampers baik di rumah atau saat malam hari. Saya sih, gak paham teori tentang toilet training (TT) seperti apa. Yang jelas, saya keingetan mamah saya saat saya kecil yang jarang memakaikan saya clodi atau pampers. Paling dipakai saat sedang pergi ke luar rumah saja. Nah, saya coba terapkan ke Mursyid.  Eh sudah-sudah. Bahasan tetntang TT ala saya, akan saya bahas di tulisan lain insyaa Alloh.
Back to keranjang itu ya, yang fungsinya ya itu. Supaya kalau Murysid ngompol, gak perlu ribet buka-tutup lemari. Tinggal ambil di keranjang, hehe. Mursyid pun punya hobi baru kalau lagi bosan dengan mainan-mainanya : ngacak-acak isi keranjang itu. Bahagiaaaa banget rasanya kalau dia berhasil bikin semrawut, wuahahaha. Kadang saya nggerutu juga sih sambil mbatin. “Baruuuu aja diberesin…”
aksi Mursyid :D
 Ah, tapi ya namanya anak umur 1 tahun! Haha. Akhirnya apa? Saya ikut aksi Mursyid.
Yuhuuuu… terkadang kita butuh tinggalkan sejenak kerapian kamar atau rumah kita. Lalu asyik ikut masuk ke dalam dunia anak, maka ada nyaman yang hadir ke hati *tsaaaah.  Tapi tetep ya. Nanti kalau Mursyid lupa sama keranjang atau pas dia bobok seringnya sih gue ikutan pules juga, wahahaha, baru deh saya beresin.

21 Februari 2016

Salah Alamat




Gambar dari sini
Sajak ini bertuan
Aksaranya terhimpun dari perasaan ;
cinta bercampur rindu sebongkahan
Hanya keliru kualamatkan
Harusnya bukan untuknya, Kawan
Sebab ia telah punyai pasangan halal ‘tuk dirindukan
Jadilah aku pungguk benar-benar merindukan rembulan