31 Maret 2012

(curhat) Selamat Datang Di Pintu Gerbang Kematian

Bismillahirrohmanirrohiim..

Hari ini adalah hari yang luar biasa dan penuh kejutan. Dan aku ingin memulainya dengan Qs. Al-Fajr tiga ayat 27-30 :

“Wahai jiwa yang tenang!. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan ridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba Ku. Dan masuklah ke dalam Surga-Ku”. 

Tiga ayat terakhir itu khusus untuk salah seorang saudari, Mbak Yanti yang pagi ini menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Margono. Ah, jadi speechless lagi. Padahal hari ini aku libur ke Margono, libur mencium bau Rumah Sakit. Tapi ternyata, Alloh menginginkan aku kesana di hari libur dengan tujuan yang tak sama dengan biasanya.

Aku kenal beliau sebagai Mbak yang dulu aktif di UKKI UNSOED, seorang yang menyapaku dengan ramahnya saat pertama kali syuro dengannya. Padahal belum tahu nama.. Istri dari salah seorang Ikhwan yang dulunya aktif di Pusat Komunikasi Daerah Purwokerto, sama denganku. Salah seorang akhwat yang pernah diceritakan ‘past time’ karena pernah membakar skripsi bersama dengannya. Dan, Mbak Yanti tahu semua kisah saya dengan ‘past time’. Tahu siapa sosok Sunflower itu.. 

Pagi ini, aku sedang asyik telpon dengan salah seorang saudari di Cirebon. Tiba-tiba Mbak Yenni mengabarkan berita kematian beliau. Sangat mendadak dan gak percaya, “Mbak Yanti istrinya Mas Dedi??. Ah, kayaknya baru kemarin liat di tasqif GOR sama anaknya. Salah info kali”. 

“Gak mungkin kiki, yang kasih info itu ikhwan yang deket sama Akh Dedi”.

Setelah aku tahu siapa yang memberi info, barulah aku percaya. Sambil panik kukirim pesan singkat yang berisi berita duka ke sejumlah saudara yang kenal dengan Mbak Yanti dan Mas Dedi. Semua sama. Tak ada yang percaya. 

Sekosan langsung meluncur ke Rumah Sakit. Meinding aku saat melihat jasad almarhumah yang sudah terbujur kaku. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un… Airmataku meleleh juga. 

Tadinya aku mau membantu memandikan almarhumah, tapi tiba-tiba anak pertama dan kedua Murrabiyahku minta makan.. Jadilah aku mengajak mereka ke kantin rumah sakit daripada nangis disana. Karena Murabbiyah dan suaminya pasti sedang sibuk membantu.  Berasa punya anak.. Dan semua mengira kalau aku adalah Ibunya.. Haha. Ups!. Ini lagi momen duka, Ki..

Begitulah, aku ikut men-sholatkan almarhumah..

Saat itu aku banyak bermuhasabah. Yaa Alloh,  umur, jodoh dan rezeki , semua Engkau yang mengatur. Semua itu misteri, rahasia.. Baru beberapa pekan lalu bertemu, tapi tiba-tiba saja… semua tinggal kenangan saat Engkau berkehendak. 

Amalan terbaik apa yang sudah kusiapkan saat bertemu dengan-Mu, Rabb?. Baru beberapa hari yang lalu menulis tentang kematian, dan sekarang diingatkan secara nyata oleh-Nya lewat orang dekat, salah seorang saudari yang tak asing lagi. 

Bagaimana dengan dosa-dosaku?. 

Rabb, apakah Engkau bersedia bertemu denganku?.

Mbak Yanti sudah memasuki ‘pintu’ untuk bertemu dengan-Mu dengan membawa amalan terbaiknya, insyaAlloh. 

Wahai Alloh, pertemukanlah kelak kami di Surga-Mu, sama-sama tersenyum karena sedang memandang-Mu.

Spesial untuk Mas Dedi dan mujahid kecilnya, semoga Alloh memberi ketabahan yang luar biasa. Ujian dari Alloh, kalian akan bisa melewatinya dengan baik karena Dia takkan memberi ujian diluar kemampuan hamba-Nya.

30 Maret 2012

(curhat) Ketukan Pintu Misterius

Dini hari pukul 04.00 waktu insan Qiyamul Lail.

Selesai tahajjud, seperti biasa, aku melanjutkan dengan tilawah dan muraja’ah. Tiba-tiba saja, “Tuk Tuk Tuk..”Suara dari balik pintu kamar. Sejenak kudiamkan, kudengarkan dengan seksama.. Suara ketukan itu ikut berhenti. Kulanjut lagi tilawah Qs. An-Najmnya. “Tuk Tuk Tuk Tuk” semakin keras saja suaranya. “Ih, siapa sih???”Aku mulai kesal. Tapi si suara itu tidak menjawab, malah ikutan diam.

Wew..

Akhirnya aku cueki saja, ‘ah, paling Mbak Yenni nih..’ batinku. Aku itu emang sering banget iseng ngetuk pintu kamar Mbak Yenni dengan model si suara itu. Tapi.. Kayaknya tadi lantai kamar mandi dan tempat wudlu kering alias gak basah. Berarti gak ada orang yang bangun selain aku, kalau pun ada, pasti lantainya basah..

“Tuk Tuk Tuk”.

“Iiiiih, siapa sih?????” aku semakin kesal aja, merusak konsentrasi tilawah!. “Mbak Yenni ya???”. Si suara itu diam, lalu seketika menjadi senyap.OK. Aku berkesimpulan bahwa itu memang Mbak Yenni dengan aksi balas dendam ketuk pintu. 

Selesai muraja’ah, aku berniat ambil wudlu lagi. Dan, aku terdiam setengah mematung saat melihat pintu kamar Mbak Yenni tertutup rapat. ‘wew.. kalau mbak yenni udah bangun, pasti pintunya dibuka. Dan, tadi juga gak ada suara langkah kaki…’. Ah, tau ah!.

Setelah wudlu kupastikan bahwa Mbak Yenni memang sudah bangun. Eh, pintunya terkunci??. Kalau pintu terkunci, harusnya tadi terdengar suara saat Mbak Yenni mengunci pintu. “Mbak Yenni..” Aku panggil.

“Hemm”. Suara Mbak Yenni menunjukkan bahwa ia memang belum sadar dari tidurnya. 

Loh???.

“Mbak Mpit” Kubuka pintu kamarnya. Belum bangun????. Dua adik kosan juga belum ada yang bangun. Lalu siapa????.

Astaghfirullohal’adziim..  Aku berlindung pada-Mu Yaa Rabb dari ganguan jin dan syaithan yang terkutuk. Aku melanjutkan rutinitas subuh dengan sholat, tilawah dan ma’tsurat. Berharap perlindungan walau masih penasaran itu suara ketuka pintu dari siapa. 

Ah, siapa pun itu, yang jelas dia adalah makhluk iseng!. Hehe..

29 Maret 2012

gak pengen kasih judul 2

Bismillahirrohmanirrohiim..

Untuk sementara, fix menutup akun Facebook dan Twitter sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Sebenarnya agak ragu. Karena apa?. Banyak ‘kerjaan’ dan saudara disana. Tapi..sungguh, aku harus menutup kedua akun itu untuk kebaikan. Walau agak berat.. 

Ah, dulu sebelum FB atau twitter muncul, aku bisa hidup tanpa mereka. Aku tetap bisa menjalin komunikasi dengan semua saudara dan teman. Masih ada blogspot dan Multiply tempat aku merangkai kata. 

Semua ini adalah proses.. semua ini adalah pembelajaran. Agar hikmah tak bosan mampir, agar hati tak mati. Alloh ‘berbicara’ dengan kita tak melulu lewat nikmat. Tapi lewat ujian dan cobaan. Sebab itu, aku harus lulus ujian ini.

Hanya hati yang bersih dan dekat dengan-Nya yang mampu memkanai tiap peristiwa dalam hidup.

gak pengen kasih judul


Nasyid yang selalu membuatku tergugu. Saat hati tak kuat menahan kebingungan. Mungkin ini jawaban dari-Nya walau menoreh luka pada akhirnya. 

Saat hati tersakiti oleh rasa, saat dunia seakan menghimpit, saat janji dan perkataan dari seorang makhluk bagai debu yang beterbangan, tak berarti apa-apa. Saat manusia lain tak memahami yang dirasa dan yang terjadi. Saat mulut kelu tuk berkisah. Saat jari-jari hanya mampu mengetik lemah diatas leptop. 

Nasyid ini hadir menemani. Membawa segudang keinsyafan, mengalir deras di relung hati yang pecah, dan terserak berantakan. Mengalir lembut diserpihan kepingnya dengan membawa sejuta kata maaf untuk hati lain yang telah menyakiti, walau tak ingin. 

*Carilah cinta yang sejati
yang ada hanyalah pada-Nya
Carilah cinta yang hakiki
Yang hanya pada-Nya yang Esa

Carilah cinta yang abadi
yang ada hanyalah pada-Nya
Carilah kasih yang kekal selamanya
Yang ada hanyalah pada Tuhanmu

Di dalam mencari cinta yang sejati
Banyaknya ranjau kan ditempuhi
Di dalam mendapat cinta yang hakiki
Banyaknya onak yang di redahi

*

**Namun janji-Nya
Kepada Hamba-Nya
Tidak pernah dimungkiri
dan tidak pernah melupakanmu

Di dalam mencari cinta yang sejati
Banyaknya ranjau kan ditempuhi
Di dalam mendapat cinta yang hakiki
Banyaknya onak yang di redahi

**
Yakinlah kepada Tuhanmu
Kerna Dialah cinta hakiki
Kerna Dialah cinta hakiki
Kerna Dialah cinta yang hakiki




“Alloh, aku hadir dan mengadu. Aku malu.. Karena aku selalu menangis dihadapan-Mu.. Karena aku selalu mengeluh. Karena aku selalu meminta.. “.

28 Maret 2012

(curhat) Mungkin Karena

Pagi ini niatnya share novelnya Pak Darwis yang Sunset Bersama Rosie. Tapi gak tahu kenapa.. Tiba-tiba jadi gak bisa ngetik dengan lancarnya. Hatiku speechless karena murottal yang terputar. Kebiasaanku adalah nyetel murottal dari malam, saat mau tidur. Dan, Subuh ini terasa lebih syahdu dari biasanya. Entah mengapa.. 

Teringat nasehat pembimbing satu skripsi beberapa waktu lalu. Saat itu sedang membahas penyakit kanker yang sudah stadium akhir.. Beliau bilang, “Kenapa mati harus ditakuti?. Padahal mati kan pintu gerbang kita untuk bertemu dengan Alloh”.

Jleeb!. Astaghfirulloh.. 

Mungkin karena hati dan raga yang masih penuh dengan kemewahan dan pikiran tentang dunia, sehingga kadang mendengar kata mati adalah sesuatu yang menyakitkan dan menakutkan. Ya, padahal mati adalah satu-satunya cara untuk bertemu dengan Sang Kholiq. Mati adalah suatu jembatan untuk ‘bercengkrama’ langsung dengan-Nya. 

Tapi mengapa?. Mengapa diri ini masih merasa takut?. 

Mungkin karena dosa. Mugkin karena banyak noda. Sehingga menimbulkan ketakutan dan keraguan, apakah dapat bertemu, ‘berbincang’ dan ‘bercerita’ dengan Dia yang kurindukan..Apakah amal yang kubawa sudah cukup menghantarkanku pada-Nya ditempat yang terbaik. Bagaimana jika tidak?. Bagaimana jika Dia marah padaku sehingga tidak mau bertemu denganku?.

Terlalu sering hatiku lupa pada-Nya, pada Izrail yang bisa kapan saja menjadi tamu dalam hidupku. Faghfirlii yaa Rabb..

27 Maret 2012

(share) One Day One Juz, Mau?

Bismillahirrohmanirrohiim..

Kali ini mau share soal “One Day One Juz” dalam tilawah. Adik-adik binaan atau teman biasanya banyak yang mengeluh, “Susaaaaaah”. Oke, berikut tips dariku yang sudah lumayan lama aku praktikkan dalam keseharian. 

Jadikan keturunanku kelak mencintai Qur'an
Pertama, kalau aku, tiap abis sholat fardhu, dhuha dan QL (baca : Qiyamul Lail atau tahajjud) ada rutinitas tilawah dua lembar. Kendalanya biasanya adalah waktu. Ya gak sempetlah, masih harus ngejar waktu de el el. Untuk antisipasinya adalah dengan sholat tepat waktu. Kalau emang lagi gak bisa sholat tepat waktu dan udah kepepet waktu atau kerjaan, biasanya aku hanya menghabiskan satu lembar aja. Pun kalau masih juga gak bisa, gak memaksakan diri juga. Masih ada waktu sholat berikutnya, kan?. Yap. Jadi dirapel. Tapi biasanya, kalo udah punya PR tilawah jadi agak malas untuk nge-rapelnya. Ini nih tantangannya. Yaa, ingetin diri sendiri ajalah. Udah sibuk di dunia, masa masih malas juga untuk sibuk akhirat. Kita gak pernah tahu, apakah masih ada usia kita di waktu sholat berikutnya, kan?.

Kedua, kalau lagi gak ada kerjaan atau ada jeda waktu, sempatkanlah untuk tilawah walau hanya beberapa ayat atau halaman. Sebenarnya kesempatan ini banyak datang. Tapi kendala dari diri sendiri yang besar dan banyak. 

Ketiga, seberapa seringkah mendengar alunan senandung ayat cinta-Nya dalam waktu sehari?. Kalau buat aku pribadi, itu mempengaruhi. Entahlah.. jadi semacam ada yang terngiang terus diotakku dan itu membuatku merasa selalu ingin membuka Al-Qur’an. 

Kemudian, teman-teman satu lingkaran yang sudah berkeluarga sering bilang juga, “Iya Ki, kalau udah punya anak mah, sulit bagi waktunya”. Haha.. aku sih belum tahu rasanya. Nikah aja belom. Tapi pernah dikasih saran sama bulikku, “ Kalau udah punya anak, dikondisikan sejak sebelum hamil dan saat hamil. Banyak tilawah dan mendengar murottal aja. Nanti kalau udah ada anak, insyaAlloh jadi gak terlalu sulit untuk mengontrol si anak dan waktu. Itulah tantangannya, Ki. Pergunakan malammu untuk mendekat pada-Nya”. Itu saran dari bulikku yang udah punya mujahid tiga!. Katanya lagi, perbanyak hafalan sebelum menikah. Buat bekal muraja’ah saat gak sempat tilawah ketika sibuk dengan anak dan urusan rumah tangga lainnya.

Dulu pernah denger tausiyah dari Aa Gym tentang QL, “QL itu kalau masih belum bisa dengan sebelas raka’at, ya gak apa-apa. Jangan memaksakan diri. Cukup dua raka’at dulu saja. Tapi kontinyu. Daripada sebelas raka’at sebulan sekali atau dua pekan sekali. Mending dua raka’at tapi setiap hari. Nanti lama-lama raka’at itu akan bertambah dengan sendirinya”. Yap. Sama halnya dengan tilawah. Yang dibutuhkan adalah istiqomah. Gak perlu menunggu Ramadhan tiba untuk membuat target sebulan kudu khatam. Tapi dibulan-bulan lainnya, kosong alias gak ada target sama sekali. Para sahabat Nabi dulu mempersiapkan Bulan mulia itu jauh sebelum Ramadhan tiba. 

Beberapa bulan lalu saat pulang ke rumah dan mendengarkan radio dakta (107,0 FM) ketika kajian yang sore tapi lupa siapa ustadznya dan temanya apa. Hehe. Yang jelas, beliau bilang “Ummat yang paling lemah itu adalah yang satu harinya itu satu juz dalam tilawah”. Beliau juga mengutip dari siapaa gitu, lupa juga. Maaf ya, soalnya dengerinnya waktu itu sambil mainan games. Astaghfirulloh.. jadi ya, ambil kalimat itu sebagai cambuk dan muhasabah aja ketika si malas melanda. 

Jadi?. Mari, sedikit-dikit kita praktikkan. Belajar tak mesti langsung bisa. Belajar adalah suatu proses. Jika lelah, maka wajar. Bagian tersulitnya adalah istiqomah atau konsisten dengan apa yang sedang kita pelajari. 

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat ^_^

(share) kajian tazkiyyatun nafs 25 maret 2012

Kali ini mau nulis yang udah kudapat dari kajian Tazkiyyatunn Nafs di masjid Daarussalam PJKA tiap hari ahad ba’da maghrib sampai Isya’. Tapi gak semuanya sih, ini yang hari ahad kemarin aja. Tadinya mau ditulis dan share hari ahad malemnya. But, my body gak kuat menahan rasa lelah. Hoho..

Sangat sering kita membangun hubungan dengan manusia. Tapi how with Alloh?. For sure, with your IMAN. Terus, apa aja sih yang mempengaruhi iman itu?. Let’s see.. Ini baru tiga yang dibahas. 

-  Banyak merenungkan ayat-ayat Alloh.
-  Banyak berdzikir. Yap!.
Dzikrulloh. Pasti gak asing dong sama Qs. Ar-Ra’ad ayat 28. Yeah “Alaa Bidzikrillahi tathmainnul quluub”. Hanya dengan mengingat-Nya, hati menjadi tenang. Hubungan baik kita dengan-Nya juga akan menjadi baik.
 - Tawakkal pada Alloh (Ustadznya itu lagi bahas yang poin ketiga).
Tawakkal itu berasal dari wakkal yang artinya menyerahkan urusan kepada orang lain. Kalau tawakkal ‘alalloh?. Jelas dong, menyerahlan urusan pada Alloh. Tawakkal itu dilakukan setelah kita berikhitiar keras dan berdo’a. Ikhtiar untuk akhirat dan dunia pastinya.

Kenapa tawakkal bisa membangun hubungan dengan Dia?. Why?.

Karena tawakkal itu bentuk percaya. Ibarat kita aja ke manusia. Pada orangtua atau teman kita saat kita minta tolong sesuatu. Mau gak mau, kita harus percaya pada dia yang kita mintakan tolong. Dengan gitu, hubungan baik akan tetap terjaga. Kita memercayakan apa yang kita harapkan, tapi kita marah-marah atau sebentar-bentar tanya ini-itu. Coba, rasanya gak enak, kan?. “Ih, ni orang gak percayaan amat sih”. Nah, munculah rasa ‘gak enak’ itu. Hubungan kita? So pasti, jadi agak gimana gitu. 

Well, buka deh Qs. Yunus ayat 84, “Dan musa berkata “Wahai kaumku!. Apabila kamu beriman kepada Alloh, maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang muslim yang berserah diri”.  Ibnul Qoyyim Al-Jauzi berkata, “Kuatnya tawakkal menunjukkan kuatnya iman seseorang”. Kalau merujuk dari Yunus 84, ya emang begitu adanya.

Menurut Imam Al-Ghazali, orang yang bertawakal memiliki empat amal :

1. Berusaha meraih sesuatu yang bermanfaat.
2. Menjaga sesuatu yang bermanfaat itu ketika menjadi milik kita.
3.   Menolak segala sesuatu yang membahayakan.
4. Menghilangkan segala sesuatu yang menimpanya.

Kok bisa?. Jelas dong. Karena ada ikhtiar dan do’a, kemudian di sandarkan pada kepasrahan yang berharap hanya pada-Nya.  Dan hubungan baik dengan-Nya pun akan segera terjalin.

“Terkadang kita terlalu kerdil dan cepat berprasangka buruk pada-Nya saat takdir menyapa dan tak sesuai dengan yang kita harapkan. Sebab kita hanya melihat sesuatu yang nyata, yang ada dihadapn kita. Tapi ingatlah, Alloh melihat jauh sekali kedepan. Alloh tahu yang terbaik untuk kita”. 

Semoga bermanfaat ^_^

26 Maret 2012

(curhat) A Cozy Poison

Banyak banget sih, Illmuninati. Arrgh!.

I found a cozy’s song. But, it’s a poison!. Haha. Damn it!. Astaghfirullohal’adziim. Ini berawal ketika liburan di rumah beberapa bulan lalu. Kebetulan Teve di lantai atas lagi rusak, dan cuma teve bawah yang normal. Jadinya ya males aja kalo ke bawah hanya untuk nonton. Teve di lantai bawah nyala kalau emang udah waktunya sekeluarga  ngumpul. Hehe..

So?. Di kamar mainan Neebi sambil dengerin radio. Aku sih emang dari SMA suka dengerin radio. Dulu udah pernah bahas stasiun radio apa aja yang biasanya kuikuti di blog Multiply. Tapi ketika waktu memaksaku untuk stay di Purwokerto, jadi jarang deh dengerin radio. Soalnya gak ada stasiun yang asyik. Haha..

Nah, waktu dengerin Gan FM (98, 7) ada lagu asyik. Apa nih?,batinku. Tapi ini lagu buat dugem banget yak. Heuheu. Eh, kata penyiarnya “Yap. Rihanna with we found love”. Astaghfirulloh.. emang, illuminati itu bisa bikin sesuatu, ya entah film, lagu, gambar atau apa pun lah yang emang bagus, keren, cozy, nice..atau apalah namanya. But, the fact is, they’re a poisons!. Tapi sorry, waktuku lagi gak banyak nih jadi gak bisa bahas about Zionis, Illmuniati and the gank. Lain waktu insyaAlloh. 

Saran saya, setelah baca postingan saya, jangan ada yang coba-coba searching lirik atau music dari Rihanna yah!. Kalau masih cari, ya gak apa-apa sih. Tapi sama aja kalian dengan menenggak racun. Mungkin efeknya gak dalam waktu dekat. Tapi kedepannya?. Siapa yang bisa menjamin kalau kalian gak keracunan?. 

^_^

(curhat) Rencana Hari Ini :)

Perfect day!. 

Yeah..Alhamdulillah. 

Pagi ini ketemu teman yang dulu satu lingkaran. Dia ke purwokerto untuk legalisir ijazah. Ketemu jam setengah tujuh pagi. Pagi banget yaaa. Soalnya jam sembilannya, aku udah harus di Rumah Sakit Margono. Hehe..

Kejadian yang dulu sering terjadi saat berangkat ngaji bareng terulang. Kosan dia kan deket jalan besar, jadi kalau mau pergi-pergi pake helem. Nah kalau lagi gak ada helem, liat di lampu merah pertigaan sumampir ada polisi atau engga. Kalau ada, jalan dulu sampai ngelewatin polisinya. Haha.. Tadi pagi waktu nganterin dia ke fakultasnya juga gitu. Hihi. Walau cuma sebentar, tapi gak apa-apa.. yang penting ketemu. Senang saat tahu dia baik dan sudah mendapat batu loncatan hidup. 

Setelah itu langsung ke rutinitas. Margono. Yap!. Aku bahagia banget karena menemukan ruangan yang bisa kujadikan tempat ‘persembunyian’. Haha..  Perpustakaan Rumah Sakit Margono. Arrgh, suka banget sama ruangan itu. Banyak bukuuuuuu. Aseli!. Kalap banget aku waktu liat buku-buku kesehatan bertebaran disana. Apalagi menyangkut dengan skripsiku. Udah gitu ketemu banyak dokter muda (Gak nyambung. Hehehe..). 

Selesai dengan ‘kerjaan’, tancap gas ke kosan. Rencana siang ini adalah ke cilacap ambil passport naik motor sama Mbak Yenni dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam, soalnya takut kantor imigrasinya tutup. Wew.. Alhamdulillah selamat sampai tujuan. Yeah!. I get the passport. Sebelum pulang, mampir ke rumah Mbak Yenni dulu.Disana habisin buah salak  dan rambutan yang disuguhin ibunya Mbak Yenni. Haha.. Pulangnya, “Mbak, aku gak ngebut ya. Lagi capek banget nih..”.

Di perjalanan.. 

“ Kok udah sampe patikraja aja ya. Haha..” kataku. 

“Jadi ini yang namanya gak ngebut??”. Plaak!. Helemku digeplak dari belakang. Hehe. Tahu dong maksudnya apa.. Yah, sebenernya sih, menurutku itu gak ngebut. Tapi ternyata persepsiku berbeda dengan Mbak Yenni. Hihi. Totalnya adalah cilacap-purwokerto hanya satu jam kurang saudara-saudara. Jangan pernah ditiru ya!.Sampai purwokerto, mampir ke indomaret beli es krim kesukaanku. Rasa Vanilla. Hm, Sukaaaa banget. 

Yap!. Perfect day to me. Why?. Karena semua sesuai rencana. Seneng banget. Silaturahim dapet, ‘kerjaan’ beres, passport keambil, beli es krim vanilla. Ah, satu lagi. Kosan pun sudah ramai lagi dengan penghuninya. 

Say it, Alhamdulillahirobbil’alamiin. Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam. 

Saatnya istirahat karena badan udah ngerasa ‘remuk’. Take a rest. Seperti firman Alloh di Qs. An-Nabaa ayat 9 “Dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat”.
Semoga esok bisa lebih baik dari hari ini. Begitu juga dengan kalian ^_^.

25 Maret 2012

(share) Bukan Pelangi di Malam Harinya Vidi

It’s about rainbow in the night..

Seperti yang kita tahu, pelangi itu terbentuk karena adanya pembiasan cahaya oleh tetesan air yang ada di atmosfer bumi. Aku ingat saat SMA ketika praktikum Fisika, menggunakan prisma untuk membelokkan sinar matahari. Yap, terjadilah bias itu!. Mejikuhibiniu yang kita lihat. Begitu pun dengan air hujan yang mampu membiaskan, dan menyebarkan sinar matahari yang tak lain merupakan cahaya polikromatik yang terdiri dari beberapa warna. 

Nice scenery, isn’t it?. MasyaaAlloh.

ini jepretanku sendiri waktu di danau singkarak
Aku tergilitik menulis tentang pelangi karena winamp di Neebi (Nama Lepiku) memutar lagunya Vidi Aldiano dengan judul Pelangi di Malam Hari. Kalau secara ilmu, emang bisa?. Sure!. Saat bulan berada dititik terendah dan hampir sempurna purnama. 

boleh copas
Hm, jadi penasaran sama yang ciptain lagunya Vidi. Kenapa tertarik kasih judul pelangi di malam hari ya?. Kalau dari segi lirik sih, intinya tentang keikhlasan seseorang dalam mencintai. Cinta bertepuk sebelah tangan yang tak harus memiliki. Menanti cinta dari seseorang yang kita cintai itu memang bukan suatu hal mustahil. Segala cara sudah kita tempuh untuk mendapatkannya. Namun yang terjadi?. Terkadang cinta kita terlalu besar hingga lupa memberi ruang kelogisan kita untuk menilai apakah dia yang kita cinta bahagia atau tidak. Ibarat menanti pelangi di malam hari. Cinta bisa saja berbalas. Tapi perlu waktu yang lama dan dengan keajaiban dari-Nya. Karena cahaya bulan purnama pun tak selalu bisa membuat pelangi kala hujan turun di malam hari. 

Terus kalau menikah tanpa pacaran?. Loh?. Kenapa nyambung kesitu, sih?. Muncul pernyataan “Kalo gitu, nikah tanpa pacaran itu sama aja nunggu pelangi di malam hari dong”. Hm, bisa jadi. Karena mungkin keduanya belum ada rasa cinta saat pertama berkenalan. Tapi, atas izin Alloh, dengan cara-Nya, Ia menyuruh malaikat memberi sepaket heroin cinta pada kedua pasangan yang menikah dengan alasan mendapat ridho-Nya. Entah kapan.. Mungkin saat akad, saat resepsi, who’s knows?

Hihi.. Kenapa juga jadi kearah sana?. Ah, gak apa-apalah.. Haha (ketauan banget geroginya, sih.. Hehe). 

Sekian share dariku ^_^ .

24 Maret 2012

(Kisah) Aku, kamu dan hujan

#1

Aku, kamu dan hujan. 

Ada kenangan ditiap bulir air yang jatuh. Saat kita sama-sama khawatir karena teringat pesan Bunda agar meneduh sejenak ketika Tuhan menyapa makhluk-Nya dengan air. Namun dengan entengnya, langkah kaki kita berkejeran riang dibawah tetesan air milik-Nya yang turun dari langit. Kutangkap gurat ketakutan diwajahmu saat menatapku yang menggigil kediginan.  Tergopoh kau menggendong tubuhku yang suhunya meninggi dengan tiba-tiba.  Sesampainya di rumah, kau menangis sebagai tanda penyesalan karena sengaja melupakan pesan Bunda. Seperti yang kita tahu, Bunda hanya tersenyum, membelai rambutmu, dan berbisik pelan, “Tidak apa-apa, sudah.. tidak perlu menangis”.  Secangkir cokelat panas hadir melelehkan rasa cemas yang menggelayut dihati kita. Hujan pun berhenti tanpa pesan sebelumnya.

#2

Aku, kamu dan hujan.

Aku tak pernah ingin kehilanganmu. Tahukah?. Bibirku kelu tuk katakan. Tapi aku tahu, tanpa kata-kata, kau sangat pahami diriku. Isyarat tubuhku, kau yang paling hafal. Bagaimana saat aku merajuk manja, tak senang, sedih, marah. Ah, karena itulah aku tak dapat berbohong dihadapanmu. Diam-diam aku menyelipkan do’a yang membuat pipiku merona didepan jendela saat hujan menyapa. Sampai ia pergi tanpa pesan sebelumnya. 

#3

Aku, kamu dan hujan.

Kau berbisik, “Hey, pelan-pelan. Jangan sampai suara langkah kakimu membangunkan Ayah dan Bunda..”. 

“Hihi..Iya, Kak. Cokelat panasnya giliran Kakak yang buat”.

Malam itu kita ke dapur untuk membuat dua cangkir cokelat panas karena dinginnya hujan menyergap tubuhmu yang saat itu tengah belajar sampai larut. Dan aku setia menemanimu dengan sesekali berceloteh dan bertanya ini itu. Kau tak keberatan..

“Tapi Ayah, Bunda takut melukainya..” 

Suara Bunda menghentikan langkah kaki kita. Aku dan kau berdiri di depan pintu kamar sambil menempelkan daun telinga. Menguping..

“Ayah tahu itu.. Tapi bagaimana pun, kita harus menceritakan yang sebenarnya. Bahwa.. Rainy bukan anak kita yang sesungguhnya. Ia ditukar oleh ibu kandungnya saat di rumah sakit…” .

Tanpa pikir panjang, kau menarik lenganku menjauh dari percakapan yang seharusnya bersifat rahasia itu. Aku tahu kau juga bingung mau bersikap bagaimana. Apalagi aku.. Aku yang menjadi tokoh dalam perbincangan tadi. Aku yang sedang menerima kenyataan. 

“Aku tak bisa tidur..”

Sekali lagi kau menarik lengan, dan membawaku ke tempat persembunyian kita. Loteng. Aku terisak pelan sambil membenamkan wajah. Kali ini kita bertukar posisi. Giliranmu yang menemaniku bersama hujan yang memperdengarkan simfoni menyayat hati. Sampai ia berhenti dan pergi, sebagaimana sebelumnya.. tanpa pesan atau kata apa pun. 

#4

Aku, kamu dan hujan. 

Kita memutuskan untuk menyimpan rahasia aksi pengupingan malam itu. Belasan tahun telah berganti. Ayah dan Bunda juga diam. Tak ada yang berubah. Semua terlihat baik dan normal. Aku juga tidak mau bertanya lebih jauh. 

Hanya satu yang berubah. Yakni perasaanku padamu. Belasan tahun sejak kenyataan yang kudengar saat itu, ada sedikit bahagia yang bersemayam dalam diam. Kau bukan kakak kandungku. Itu artinya, aku diperbolehkan memiliki rasa lebih padamu. 

Mungkinkah ini jawaban do’a yang dulu pernah kubisikkan pada Tuhan saat hujan turun?. Kelak, aku menginginkan lelaki yang bisa menjaga cintaku seperti kau yang selalu melindungiku. Dia menjawab permintaanku layaknya buah durian. Diluarnya ada duri tajam, namun rasa didalamnya sangatlah  manis dan menyenangkan.

#5

Semburat jingga muncul diufuk barat sungai Rhein. Empat tahun aku pergi meningglkan rumah dan tanah air. Bukan karena kenyataan pertalian darah yang kutahu. Tapi karena…

“Rain sayang, kenalkan, ini Sunfy.. Pacar Kakak..”. Geludaaar!. Seketika petir menyambar dahsyat. Hujan pun turun deras. Kusambut uluran tangan dengan hati beku, padahal saat itu kau membawakanku secangkir cokelat panas. Dan disnilah sekarang aku terpaku setelah terhanyut waktu kala hujan turun. Perancis. 

Tiba-tiba saja langit menjadi gelap saat hati mengenangmu. Aku tak lagi suka mendengar alunan melodi hujan. Karena membuatku sesak. Aku semakin mengingatmu. 

Aku terlambat berteduh dari gerimis. Kubiarkan air-Nya menyentuh lembut wajahku. Mengalir bersama airmata yang akhirnya tersamarkan. Waktu tak selalu berperan menjadi obat. Ia bisa menjadi trailer film drama kehidupan secara tiba-tiba. Aku ingin hujan berhenti dengan pesan sebelumnya. Agar aku bersiap melangkah maju menyusuri waktu, bertemu pelangi. 


- Inspirasi : Hujan, Senja, Pelangi, dan hati-

06 Maret 2012

Jangan Ditiru Menulis Ini Semua!

Gak tahu kenapa, sedang ingin menuliskan hal-hal yang menurutku sekarang,  gak mungkin banget aku bisa melakukan hal-hal bodoh dan mengalamai kejadian kayak gitu. Tepatnya koreksi diri kali ya.. Haha.

1. Heboh di Kampus setelah pelantikan KHALIFA (Keluarga Mahasiswa Muslim Farmasi) Unsoed tahun 2009, “Huwaaaa..Motorku Ilaaaang”. Padahal Cuma dipindahin parkirnya sama temenku *Plak*.

2. Buat bingung ‘Mbah’, selaku tetangga depan dan temen satu kontrakan tentang kunci motor. Hehe..Ya Alloh, waktu itu nyampe obrak-abrik kamar, jungkir balik di kasur (lebay) tetep gak ketemu. Udah berlinangan air mata aja. Tapi iba-tiba dengan polosnya, kunci motor muncul dengan sendirinya di suatu tempat (Hehe..). mm, itu terjadi beberapa kali. 

3.Ke Indomaret deket kosan dengan membawa wajah melas sambil bilang, “Mbak, kalo ada dompet saya, jagain dulu ya. Warnanya cokelat ada garis putihnya”.  Gak tahu kenapa.. Ade kosan iseng banget balik tasku dan digoyangkannya kuat-kuat. Tadaaa..Ada dompetku.

4.Pagi adalah waktu yang tepat buat nge-net karena koneksi yang cepat. Tapi..kesenangan temanku yang tinggal di Rumah Susun Mahasiswa dekat GOR  pagi itu, kuganggu dengan aduan STNK motorku yng ilang saat sedang jogging. Well, dengan baik hatinya, dia menemaniku untuk mencari STNK. Aku yang tadinya hanya niat lari tiga putaran, alhasil jadi kayak tawaf.. Tujuh putaran. And then, sampai kamar kosan dengan muka lesu, niatnya mau telpon mama..Pas cek dompet..Yeah, si STNK tergeletak dengan tenang didalamnya.

5.Dalam waktu yang bersamaan dan di saat momen yang harusnya gak boleh sakit, KKN atau Kuliah Kerja Nyata. Aku malah terkena tipes dan demam berdarah.. Heboh deh satu kabupaten Kebumen karena ada anak Kuliah Kerja Nyata yang dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.

6.Hepatitis A adalah ujian dan penggugur dosa. Agak speechless sih menjelaskan perasaanku saat tervonis penyakit ini. Intinya, aku memutuskan ‘off’ dari semua aktivitas. Sebenernya, buatku sendiri, It’s OK kalo aku mau kayak ‘kutu loncat’. But, gak bisa nolak permintaan orang tua untuk istirahat. Dan, semua itu harus dibayar dengan kelulusan yang tertunda. Gak apa-apa, kok. InsyaAlloh ini yang terbaik. And then, aku gak pernah nyesel. Tapi, yang paling bikin aku kesel adalah saat orang bertanya kabar padaku. Aku capek jelasinnya.. Jadinya, cuma bilang "sehat-sehat aja". Malah dibales "Tapi kok gak pernah keliatan?". Semoga senyum yang kuberi saat itu bukan karena terpaksa, Yaa Rabb.

7. Aku pernah mondar-mandir Purwokerto-Cilacap dengan kondisi ujan-ujanan, demam, gak enak badan. Terus?. Besoknya aku ke Semarang berangkat jam 5 subuh. Badanku gimana?. Jangan ditanya. Remuk pastinya.

8. Maghrib-Isya’ di daerah asing yang jauh dari purwokerto sambil nangis karena ban motor bagian belakang bocor. Gak ada temen satu pun saat itu!. Besoknya mau praktikum. Inget laporan, kuis. Ah, sesuatu banget deh.. And, yang punya bengkel bilang ”Mbak, ban dalemnya sobeknya panjang. Takutnya percuma ditambal. Mungkin lama banget kalo emang mau ditambal, sampai malam..”. Yeah, tambah kejerlah tangisanku. Tanpa sadar, pencet nomor seseorang..  Finally, dia menemaniku sampai jam 11 malam, dan diantarlah aku sampai kosan dengan selamat.

9. Jam 3 subuh pernah keluar kosan karena ada suatu masalah. Aku ke suatu tempat yang digunakan untuk nge-net (you know lah apa namanya. Tapi sorry, gak bisa sebut merek tempatnya. Haha). Dan  didepan tempat itu, aku hanya diam terpaku sambil berkaca-kaca (baca : nangis). Selang beberapa menit, disusul deh sama seorang adik, terus dia peluk aku dan memaksaku pulang. Oh, so swiit..hehe. 

10. Purwokerto-Bandung naik bis ekonomi dengan bekal alamat yang lumayan gak jelas bersama seseorang ke rumah seorang ummahat. Pengalaman pertama ngebolang.

11. Bayar denda dua bulan untuk tiga buku di perpustakaan farmasi. Haha.. Alhamdulillahnya gak ada yang RES. Kalo ada, waah, gak kebayang..

    12. H-1 seminar proposal masih di kampus cuma buat ngurusin administrasi. Dan saat hari H, paginya PS 1 meng-cancel ba’da dzhur. Aku putuskan ke kampus lagi, dan hampir nangis di depan para dosen sambil minta kesediaannya ba’da ashar. Alhamdulillah, semua bersedia.

13. Aku pake kecepatan motor 120 km/jam saat ke BANJARNEGARA dari purwokerto with someone. Ckck. Itu hal gila yang kulakukan karena baru beberapa bulan lancar naik motor. Tapi selamat sih sampai tujuan. Hehe..Alhamdulillah. 

14. Tabrakan parah sampe masuk IGD di RS Pertamina Cilacap tahun 2010. Sempet amnesia 20 menit. Saat itu, aku takut amnesia hafalan Al-Qur’an. Sambil nangis-nangis, setelah tersadar dari amnesia, aku langsung muroja’ah dan perawatnya bingung. Haha.. Wajahku sebelah kiri agak hancur. Sekarang udah enggak kok..Hehe. And, waktu mau di infus dengan cerewetnya aku nanya obat-obatnya sama perawatnya.  “Bawel” Mungkin itu batin si perawat. Haha.. Dan karena kejadian itu, aku berhasil bikin banyak orang berkumpul di rumah Mbah, di Kroya. Ada yang dengan lemasnya ngeliat kondisiku.. kayak ngeliat mayat aja, deh. Wkwk..

15. Membaca skripsi seseorang di halaman ucapan terimakasih. Ada ucapan terimakasih untuk sunflower muslimah (baca : Rizki Khotimah) disana. Gak tahu kenapa, seharusnya menjadi hal menyenangkan. Tapi.. sekarang seperti menjadi hal yang konyol  dan menyakitkan. 

16. Bilang ke beberapa cowok, “Sorry, GW GAK MAU PACARAN SEBELUM NIKAH. Kalo mau, lamar gw!”.  Hal konyol dan membosankan..

17. Pernah dilamar sama orang arab aseli pas lagi Umroh tahun 2006 di Masjidil Haram. Wew. Jelas aku gak mau. Secara, waktu itu masih baru masuk kelas XII SMA. Haha..

18. Hampir aja ngilang di Madinah waktu umroh tahun 2006. Yey..Hehe.

19. Saat tahu golongan darahku A, tahun 2006 juga..

20.Facebook dan twitter Di BLOKIR sama seseorang karena siangnya, aku bilang kalo dia gak punya perasaan. Maaf ya. Bukan maskduku..tak bisakah kau paham apa yang kuinginkan dan permintaan tolong dariku?. 

21. Dimarahin dosen pembimbing 2 di depan beberapa orang. Sebenennya sih, bukan marahin. Tapi nasehatin. Cuma emang saat itu, kondisiku lagi gak fit. Jadi ya..pulang darisana langsung nangis. 

22. Aku pernah sedang 'membicarakan' seseorang dengan salah seorang temanvia sms. Hal bodohnya adalah, aku mengirim apa yang kubicarakan bukan pada temanku..Tapi ke orang yang sedang dibicarakan. Hiyyaaah....Malu sangat akuuuu. Alhamdulillahnya gak sedang ghibah (ngomongin yang jelek-jelek). Haha.. Mudah-mudahan si 'dia' gak marah. aamiin

Cukup 22 dulu untuk hal-hal yang aku gak mau mengulanginya lagi. Sebenernya sih, gak perlulah menuliskan hal-hal sedih, konyol, atau memalukan gini. Ibarat pepatah “Kesedihan dan kekesalan itu jangan dismpan. Biarkan ia terbawa angin”. Namun entah kenapa, aku sedang ingin muhasabah hati sebab ia sedang resah.

Mantera hebat untuk mengusir mimpi buruk diatas adalah Qs. Ar-Ra’ad ayat 28. Yeah.. “… Alaa Bidzikrillahi tathmainnul quluub”.

Semoga manfaat.

(Lirik) Haruharu

Hm, ketertarikan diriku pada bahasa asing sudah sejak aku masih unyu.Hehe. Yaa, walau sekarang juga gak pinter-pinter banget. Bahasa inggris lumayanlah. Mandarin, jerman, spanyol, jepang, korea.. Rata-rata sudah menghilang dari ingatan. Heuheu.

Sampai sekarang, aku masih memiliki ketertarikan pada bahasa Mandarin, Jepang, dan Korea. Pingin banget konsen belajar semua itu. Tapi..kok yaa, waktunya itu loh *sok sibuk*. Jadi sekarang, otodidak lewat lirik lagu yang menarik hati. Hehe. Kalo ada lagu yang menurutku lumayan, aku searching deh translatenya. Aku pahami perkalimatnya, kemudian kubuka catatan kecil buatanku sendiri yang isinya kata dan arti bahasa asing. Istilahnya sih, kamus campuran buatan Rizki Khotimah. Hehe..Lumayan juga loh. Intinya mah, belajar bisa darimana aja. 

Next, lirik lagu and translatenya Bigbang yang Haruharu (Hari-hari yang menghilang jauh). Ada yang tau?. Ini juga copy kok. Tapi aku interest untuk paste di blogku karena diartikan perkalimat. Jadi, bisa sekalian belajar. Sumbernya dari blog milik Furahasekai.


Tteonaga
Yeah, I finally realise, that I’m nothing without you
I was so wrong, forgive me

— Pergi
— Yeah, akhirnya ku sadari, aku bukan apa-apa tanpamu
— Aku sangat bersalah, maafkan aku
Padocheoreom buswojin nae mam
Baramcheoreom heundeullineun nae mam
Yeongicheoreom sarajin nae sarang
Munsincheoreom jiwojiji ghana
Hansumman ttangi kkeojira swijyo
Nae gaseumsoge meonjiman ssahijyo (say goodbye)

— Seperti pasang, hatiku hancur
— Seperti angin, hatiku berguncang
— Seperti asap, cintaku memudar
— Ini tak pernah terhapus seperti tatto
— Aku mendesah dan tanah berguncang
— Hatiku penuh debu (katakan selamat tinggal)
Yeah
Nega eobsineun dan harudo mot sal geotman gatatdeon na
Saenggakgwaneun dareugedo geureokjeoreok honja jal sara
Bogo sipdago bulleo bwado neon amu daedab eobjanha
Heotdoen gidae georeo bwado ijen soyongeobjanha

— Yeah, ku pikir aku tak akan mampu tuk hidup sehari pun tanpamu
— Tapi dari apa yang diharapkan, kudapatkan diriku baik-baik saja saat menjadi diri sendiri
— Kau tak menjawab apapun , seraya ku menangis , “Aku merindukanmu”
— Ku berharap untuk sebuah harapan yang sia-sia tapi sekarang ini tak berguna

Ne yeope inneun geu sarami mwonji hoksi neol ullijin anhneunji
Geudae naega boigin haneunji beolsseo ssak da ijeonneunji
Geokjeongdwae dagagagijocha mareul geol sujocha eobseo aetaeugo
Na hollo bameul jisaeujyo subaek beon jiwonaejyo

— Apa ini tentang orang disampingmu, dia membuatmu menangis?
— Kau pun melihatku, kau sudah sepenuhnya melupakanku?
— Aku khawatir, aku merasa gelisah karena aku tak bisa terus mendekatimu atau bicara denganmu
— Sendiri di malam hari, ku hapus pikiranku seratus kali
Doraboji malgo tteonagara
Tto nareul chatji malgo saragara
Neoreul saranghaetgie huhoe eopgie
Johatdeon gieongman gajyeogara
Geureokjeoreok chama bolman hae
Geureokjeoreok gyeondyeo naelman hae
Neon geureolsurok haengbokhaeya dwae
Haruharu mudyeojyeo ga eh eh eh eh

— Jangan lihat kebelakang dan pergilah
— Jangan menemuiku lagi dan teruslah hidup
— Karena aku tak menyesal mencintaimu, jadi hanya ambilah kenangan indah
— Ku bisa bertahan dalam beberapa cara
— Ku bisa berdiri dalam beberapa cara
— Kau kan bahagia jika kau seperti ini
— Hari demi hari menghilang jauh
Oh my girl, I cry, cry
You’re my all, say goodbye

— Oh, girl, aku menangis, menangis
— Kau segalanya bagiku, katakan selamat tinggal
Gireul geotda neowa na uri majuchinda haedo
Mot bon cheok hagoseo geudaero gadeon gil gajwo
Jakkuman yet saenggagi tteooreumyeon amado
Nado mollae geudael chajagaljido molla

— Jika kita bertemu secara kebetulan satu sama lain
— Berpura-puralah kau tak melihatku dan tetaplah pergi
— Jika kenangan lama tetap terpikirkan
— Aku akan pergi melihatmu secara diam-diam

Neon neul geu saramgwa haengbokhage neon neul naega dareun maeum an meokge
Neon neul jageun miryeondo an namgekkeum jal jinaejwo na boran deusi

— Selalu berbahagia dengannya, jadi aku tak akan memikirkan apapun lagi
— Kau kan terus begitu jadi ini tidak saja penyesalan kecil dalam diriku
Neon neul jeo haneulgachi hayahke tteun gureumgwado gachi saeparahke
Neon neul geurae geureohke useojwo amu il eopdeusi

— Seperti langit putih dan seperti birunya awan
— Ya, hanya tersenyum seperti tak ada apapun yang salah
Doraboji malgo tteonagara
Tto nareul chatji malgo saragara
Neoreul saranghaetgie huhoe eopgie
Johatdeon gieongman gajyeogara
Geureokjeoreok chama bolman hae
Geureokjeoreok gyeondyeo naelman hae
Neon geureolsurok haengbokhaeya dwae
Haruharu mudyeojyeo ga eh eh eh eh

— Jangan lihat kebelakang dan pergilah
— Jangan menemuiku lagi dan teruslah hidup
— Karena aku tak menyesal mencintaimu, jadi hanya ambilah kenangan indah
— Ku bisa bertahan dalam beberapa cara
— Ku bisa berdiri dalam beberapa cara
— Kau kan bahagia jika kau seperti ini
— Hari demi hari menghilang jauh
Nareul tteonaseo mam pyeonhaejigil (nareul itgoseo saragajwo)
 Geu nunmureun da mareul teni, yeah (haruharu jinamyeon)

— Berharap hatimu berganti setelah meninggalkanku (Hanya melupakanku dan hiduplah)
— Air mata ini semuanya akan mengering, yeah (Seperti hari demi hari berlalu)
Charari mannaji anhatdeoramyeon deol apeul tende mm..
Yeongwonhi hamkke hajadeon geu yaksok ijen
Chueoge mudeo dugil barae baby neol wihae gidohae…

— Jika kita tak pernah bertemu satu sama lain lalu luka ini berkurang, mm..
— Janji kita tetap bersama sekarang sebuah kenangan, sayang
— Ku berdoa untukmu
Doraboji malgo tteonagara
Tto nareul chatji malgo saragara
Neoreul saranghaetgie huhoe eopgie
Johatdeon gieongman gajyeogara
Geureokjeoreok chama bolman hae
Geureokjeoreok gyeondyeo naelman hae
Neon geureolsurok haengbokhaeya dwae
Haruharu mudyeojyeo ga eh eh eh eh
— Jangan lihat kebelakang dan pergilah
— Jangan menemuiku lagi dan teruslah hidup
— Karena aku tak menyesal mencintaimu, jadi hanya ambilah kenangan indah
— Ku bisa bertahan dalam beberapa cara
— Ku bisa berdiri dalam beberapa cara
— Kau kan bahagia jika kau seperti ini
— Hari demi hari menghilang jauh
Oh my girl, I cry, cry
You’re my all, say goodbye, bye
Oh, my love, don’t lie, lie
You’re my heart, say goodbye…

— Oh, girl, aku menangis, menangis
— Kau segalanya bagiku, katakan selamat tinggal, bye
— Oh, cintaku, jangan berbohong, bohong
— Kau hatiku, katakan selamat tinggal

05 Maret 2012

(hikmah) Tak Perlu Risau, Cukup Bisikkan saja pada-Nya

Co-pas dengan sedikit editan yang bercetak tebal.

cinta itu sebuah misteri yang membuat seseorang akan berdecak kagum. karena apa?. cinta adalah sebuah do'a yang diam-diam kita bisikkan pada-Nya . saat kelelahan mendera, saat rindu membuncah, cukup kita adukan saja pada-Nya. Lalu aamiin-kan sepenuh jiwa. Dan, suatu saat, Dia akan menjawab segala bisikkan dan aduan kita (sunflower muslimah, 2012).

selamat membaca, dan diambil hikmahnya.

sesuatu banget pict-nya..ahaha


Bismillahirrahmanirrahiim ... 

Pada suatu hari yang gelap di musim gugur 1942, udara dingin, sangat dingin. Hari itu tak ada bedanya dengan hari-hari lain di kamp konsentrasi Nazi. Aku berdiri menggigil dalam pakaian compang-camping yang tipis, masih tak percaya bahwa mimpi buruk ini benar-benar terjadi.

Aku hanya seorang anak laki-laki. Seharusnya aku bermain-main bersama kawan-kawanku; seharusnya aku pergi ke sekolah; seharusnya aku bersemangat menyongsong masa depanku, ketika aku akan menjadi dewasa, menikah, dan membangun keluargaku sendiri. Tetapi, semua impian itu hanya pantas untuk mereka yang masih hidup, dan aku bukan lagi salah satu dari mereka. Aku nyaris mati, mencoba bertahan hidup dari hari ke hari, dari jam ke jam, sejak aku diseret dari rumahku dan dibawa ke sini bersama puluhan rIbu orang Yahudi lainnya. Apakah besok aku masih hidup? Apakah malam ini aku akan dibawa ke kamar gas?

Aku berjalan mondar-mandir di dekat pagar kawat berduri, mencoba menghangatkan tubuhku yang kedinginan. Aku lapar, tetapi sudah sejak lama aku kelaparan, lebih lama dari yang ingin kuingat-ingat. Aku selalu kelaparan. Makanan yang layak sepertinya hanya ada dalam mimpi. Setiap hari semakin banyak di antara kami menghilang begitu saja, masa lalu yang bahagia tampak semakin samar. Aku kian tenggelam dalam keputusasaan.

Tiba-tiba, aku melihat seorang anak perempuan berjalan di balik pagar kawat berduri. Anak itu berhenti dan memandangku dengan mata sedih, mata yang seakan berkata bahwa dia mengerti, bahwa dia juga tidak bisa menemukan jawab mengapa aku ada di sini. Aku ingin membuang pandang, aku malu dan canggung karena anak perempuan asing itu melihatku dalam keadaan seperti ini. Tetapi, aku tak kuasa mengalihkan mataku dari matanya.

Kemudian dia merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebutir apel merah. Apel yang cantik, merah kemilau. Sudah berapa lamakah sejak terakhir kalinya aku melihat apel seranum itu?! Dengan waspada dia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu sambil tersenyum penuh kemenangan cepat-cepat melemparkan apel itu melewati atas pagar. Aku lari memungutnya, memeganginya dengan jari-jariku yang gemetar dan membeku. Dalam duniaku yang penuh kematian, apel itu menjadi lambang kehidupan, lambang cinta. Aku mengangkat wajahku dan melihatnya menghilang di kejauhan.

Esok harinya, aku tak dapat menahan diri—pada waktu yang sama aku berdiri di tempat yang sama, di dekat pagar. Apakah aku gila mengharapkan dia datang lagi? Tentu saja. Tetapi, di dalam hati aku bergantung pada seiris harapan tipis. Dan, sepantasnyalah, aku hanya menggantungkan harapan pada Dia yang Maha Pencipta.

Sekali lagi, dia datang. Sekali lagi, dia membawakan sebutir apel untukku, melemparkannya lewat atas pagar sambil tersenyum manis seperti kemarin. Kali ini apel itu kutangkap, lalu kupegang tinggi-tinggi agar dia melihatnya. Matanya berbinar. Apakah dia mengasihaniku? Mungkin. Aku tidak peduli. Aku cukup senang bisa memandangnya. Dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama, aku merasa hatiku bergetar karena luapan perasaanku.

Tujuh bulan lamanya kami bertemu seperti itu. Kadangkadang kami bertukar kata. Kadang-kadang, hanya sebutir apel. Tetapi, bukan hanya perutku yang diberinya makanan. Dia bagaikan malaikat dari surga. Dia memberi makanan untuk jiwaku. Dan entah bagaimana, aku tahu aku juga memberinya makanan.

Suatu hari, aku mendengar kabar mengerikan: kami akan dipindahkan ke kamp lain. Itu bisa berarti kiamat bagiku. Yang jelas, itu merupakan akhir pertemuanku dengan kawanku itu. Esok harinya ketika aku menyapanya, dengan hati hancur kukatakan apa yang nyaris tak kuasa kusampaikan,

“Besok jangan bawakan aku apel,” kataku kepadanya.“Aku akan dipindahkan ke kamp lain. Kita takkan pernah bertemu lagi.”

Sebelum kehilangan kendali atas diriku, aku berbalik dan berlari menjauhi pagar. Aku tak sanggup menoleh ke belakang. Kalau aku menoleh, aku tahu dia akan melihatku berdiri canggung sementara air mata mengalir membasahi wajahku.

Bulan demi bulan berlalu. Mimpi buruk itu terus berlanjut. Tetapi kenangan akan anak perempuan itu membantuku mengatasi saat-saat mengerikan, rasa sakit, dan rasa putus asa. Berkali-kali aku melihatnya dengan mata pikiranku; aku melihat wajahnya dan matanya yang lembut. Aku mendengar kata-katanya yang lembut dan mencecap manisnya apel-apel itu.

Sampai pada suatu hari, mimpi buruk itu tiba-tiba berakhir. Perang sudah selesai. Kami yang masih hidup dibebaskan. Aku telah kehilangan semua milikku yang berharga, termasuk keluargaku. Tetapi aku masih menyimpan kenangan akan anak perempuan itu, kenangan yang kusimpan dalam hati dan memberiku kemauan untuk meneruskan hidupku setelah aku pindah ke Amerika untuk memulai hidup baru.

Tahun-tahun berlalu. Sampai tahun 1957. Saat itu aku tinggal di New York City. Seorang kawan memaksaku bertemu dengan kawan wanitanya. Dengan enggan, aku menyetujuinya. Ternyata wanita itu manis, namanya Roma. Seperti aku, dia juga seorang imigran. Dengan begitu, setidak-tidaknya kami punya persamaan.

“Di mana kau selama masa perang?” Roma bertanya kepadaku, dengan cara halus seperti umumnya para imigran yang saling bertanya tentang tahun-tahun itu.

“Aku ada di sebuah kamp konsentrasi di Jerman,” jawabku.

Mata Roma tampak menerawang, seakan-akan dia ingat sesuatu yang manis namun membuatnya sedih.

“Ada apa?” tanyaku.

“Aku ingat masa laluku, Herman,” Roma menjelaskan dengan suara yang tiba-tiba menjadi sangat lembut. “Waktu masih kecil, aku tinggal dekat sebuah kamp konsentrasi. Di sana ada seorang anak laki-laki, seorang tahanan. Selama beberapa bulan aku selalu mengunjunginya setiap hari. Aku ingat, aku biasa membawakan apel untuknya. Aku selalu melemparkan apel itu lewat atas pagar. Anak itu senang sekali”

Roma mendesah panjang, lalu meneruskan, “Sulit menggambarkan bagaimana perasaan kami masing-masing—bagaimanapun waktu itu kami masih muda sekali. Bahkan jika situasi memungkinkan pun kami hanya bertukar beberapa kata—tetapi aku yakin, waktu itu di antara kami tumbuh cinta yang tulus. Aku yakin dia pasti dibunuh seperti yang lain-lain. Tetapi, aku tak sanggup membayangkan itu. Karenanya, aku berusaha mengenangkan dia seperti yang kulihat di bulan-bulan itu, ketika kami sedang bersama-sama.”

Dengan jantung berdegup kencang hingga kupikir nyaris meledak, aku menatap Roma lekat-lekat dan bertanya,

“Apakah pada suatu hari anak laki-laki itu berkata kepadamu, ‘Besok jangan bawakan aku apel. Aku akan dipindahkan ke kamp lain’?”

“Wah, ya,” sahut Roma, suaranya bergetar.“Tapi, Herman, bagaimana mungkin kau bisa tahu itu?”

Aku meraih tangannya dan menjawab, “Karena aku adalah anak laki-laki itu, Roma.”

Detik-detik berlalu lambat. Yang ada hanya keheningan.

Kami tak dapat mengalihkan mata kami. Lama kami saling memandang. Kemudian, setelah tirai waktu terangkat, kami mengenali jiwa di balik mata yang saling bertatapan, kami mengenali kawan yang manis dan pernah sangat kami cintai, yang selalu kami cintai, yang tak pernah hilang dari kenangan kami.

Akhirnya, aku berkata, “Roma, aku pernah dipisahkan darimu. Sekarang aku tidak ingin dipisahkan lagi darimu. Sekarang aku bebas, aku ingin selalu bersamamu, selamanya. Sayangku, maukah kau menikah denganku?”

Aku melihat binar-binar yang sama di mata yang dulu sering kupandangi itu ketika Roma menjawab, “Ya, aku mau menikah denganmu.”  Sekarang, tak ada lagi yang akan memisahkan kami.

Hampir empat puluh tahun telah berlalu sejak aku menemukan Roma-ku lagi. Nasib mempertemukan kami untuk pertama kalinya di masa perang, untuk menunjukkan kepadaku adanya janji tak tertulis tentang sebuah rasa. sekarang, nasib pula yang mempersatukan kami untuk menunaikan janji itu.

Tanggal 14 Februari tahun 1996. Kuajak Roma ke acara Oprah Winfrey Show untuk menghormatinya di siaran televisi nasional. Di depan jutaan pemirsa, aku ingin mengatakan kepadanya apa yang kurasakan dalam hatiku setiap hari:

“Kekasihku, kau memberiku makanan di kamp konsentrasi ketika aku kelaparan. Aku akan tetap lapar dan dahaga akan sesuatu yang rasanya takkan pernah cukup kuperoleh: Aku lapar dan dahaga akan cintamu.”


Herman dan Roma RosenblatSeperti diceritakan kepada Barbara De Angelis, Ph.D.


**Sumber : erda-sary.blogspot.com

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com/