06 April 2017

Menyapih Ala Drama Korea #eh

Segala macam teori dilahap sejak Mursyid usia 16 bulan. Hah. Emang umminya aja sih, yang gak telaten alias gak istiqomah buat sounding. Dibilang males gak juga. Tepatnya adalah saya yang gak rela kehilangan momen-momen indah saat menyusui huhuhu.

Adakalanya diingatkan pak suami kalau Mursyid sudah besar. Di situ saya merasa baper dan laper.

Inget banget waktu pertama kali denger tangisan dia pecah di dunia #kacakali. ASI yang keluar dikit banget. Yang tiap hari makan katuk tapi kok gak ngaruh. Suplemen A-Z dilahap cuma ya ampun, sampai nangis bombay lihat hasil pumping hanya berapa ml. Tapi saya gak nyerah untuk mengASIhi Mursyid.

Dan waktu memang bergulir dengan cepatnya bak kilatan cahaya ... #apabanget

Dua tahun itu mendekat. Maka bismillaah... saya kuatkan azzam yang jatuh bangun untuk menyapih Mursyid.

"Nak, Mursyid sudah besar ya. Nenennya ganti buah, kue atau susu mau?"

Begitu yang kerap saya ucapkan di siang hari. Dari sejak usia setahun sampai 18 bulan nenen di siang hari 5-6 kali, lama-lama berkurang seiiring waktu. Kalau malam, hanya sesekali dia bangun.

Tepat pada usia 24 bulan, di siang hari dia hanya nenen 2-3 kali. Malamnya sudah jarang bangun dan minta nenen.

Saya terus sounding dan sounding yang intinya, kalau sudah besar, Mursyid ndak perlu nenen lagi.

Gak apa ngaret alias gak tepat dua tahun. Dan yap, bulan februari Mursyid sudah disapih. Tapi entah, ini kebetulan atau gimana. Waktu itu saya gak enak badan dan minta tolong bekam pak suami. Selesai bekam, baluran bau minyak butbut semerbak di badan saya haha. Saat Mursyid minta nenen, saya sounding ndak boleh nen. Dan dia balas, "Nen mi au butbut. Ait." (baca: nenen ummi bau butbut. Pahit). Hah? Hahahaha. Baiklah...

Umminya malah yang sering galau dan kangen huhu. Mursyid sesekali minta, tapi dia sendiri yang geleng-geleng kepala saat saya sodorin wkwkwkwk.

Inti dari penyapihan, emaknya dulu yang kudu setrong. Minta sama Allah agar dimudahkan. Lalu sounding dan sounding.

Setelah penyapihan, Mursyid gak minum susu formula. Sebelumnya pernah tanya dengan DSA Mursyid. Kata beliau, gak perlu tambahan sufor asal menu makanannya seimbang. Sayur yang agak kendala. Mursyid gak terlalu suka sama daun-daunan. Tapi kalau macam wortel, kentang, tauge, dan sayur lain yang bukan daun, Mursyid masih doyan alhamdulillah. Paling saya bikin nugget sayur yang isinya bayam hehe. Tapi alhamdulillah juga, Mursyid suka banget kalau sayur berkuah. Jadi saya tetep masakin dia sayur bayam atau sop atau asam. Gak apa yang daun sering dia disingkirin di pinggir piring hihi. Umminya kudu istiqomah mengenalkan dia dengan sayur daun. Ah, ala doyan karena biasa ya, Nak... wkwk.

Segala puji bagi Allah. Azzam saya menyusui Mursyid sampai dua tahun (meski lebih hehe) Allah kabulkan. Saya gak minta sama Allah supaya ASI saya berlebihan atau kurang. Tapi dicukupkan. Semoga dengan adik-adiknya Mursyid juga cukup, aamiin aamiin aamiin yaa Rabb. Alhamdulillah juga, gak drama-drama korea banget sih pada proses penyapihan. Paling saya yang sesekali mewek sesenggukan lihat Mursyid waktu tidur karena kangen nenenin dia haha. Judul tulisan ini emang lebay dan berlebihan wkwk.

Semangat mengASIhi dan menyapih bagi yang sudah waktunya untuk disapih!

05 April 2017

Rumah Baru

Bukan. Bukan rumah baru saya. Ini rumah orang tua yang baru aja pindah. Sebelumnya rumah ortu di perumahan menteng metland. Untuk masalah keamanan mah, jangan ditanya. Tamu kudu wajib setor tanda pengenal kalau mau berkunjung.

Terus kenapa pindah? Jadi, yang satu deretan rumah dengan ortu itu, subhanallah banget. Terutama sebelah kiri rumah ortu. Gak mengeneralisir suatu agama atau suku lho, hanya mbok kalau mau pelihara anjing itu jangan sampai dzholim atau membuat gak nyaman ke orang lain. Baunya itu sampai ke rumah! Ortu sudah bolak-balik memberi peringatan, bahkan sudah ditegur Pak RT. Tapi ya emang orangnya ndableg kali, ya. Segala macam cara udah dilakukan sama ortu untuk kasih tahu. "Woy! Pelihara anjing boleh. Tapi dimandiin dan kotorannya diurusin biar baunya gak ke mana-mana."

Perkara ini bukan sebulan atau enam bulan. Tahunan! Dengan segala berat hati dan pertimbangan A-Z. Ortu memutuskan hijrah ke tempat yang lebih layak.

Dan taraaaa! Saya suka dengan lingkungan rumah baru ortu. Pertama, dekat pasar dan masjid. Cukup jalan kaki kurang dari lima menit buat sampai kedua tempat itu. Pasarnya itu gak nahaaan. Harga juga lumayan miring untk sandang, apalagi kalau dibandingkan sama harga di Pontianak, haha. Ya jelaslah agak jauh beda. Secara gak kena ongkir hehe.

Kedua, komplek rumah ortu yang sekarang dekat dengan beberapa rumah kawan SMA saya. Dan seminggu lalu, saya udah sempat ketemuan dong dengan salah satu kawan saya, hehe. Nostalgia membawa kenangan #eh #uhuks. Ketiga, di komplek rumah ortu yang ini, gak banyak anjing kayak  sebelumnya. Keempat, tetangga kanan-kiri, pokoknya sederetan alhamdulillah muslim. Ya kali, di pangkalan ojek dekat rumah terpampang nyata tulisan dan beberapa poster "Israel Terorist!" atau "Save Gaza". Plus bendera Palestina. Paling kerjaan dari pengurus DKM masjid istiqomah, hohoho.

Minusnya? Ada dong. Keamanan di komplek rumah ini kurang terjaga. Satpamnya antara ada dan tiada. Setiap keluar-masuk gerbang rumah sendiri, kudu digembok dan bawa kuncinya. Ribet deh. Apalagi pas papah denger dua minggu lalu rumah yang dekat pasar kecolongan motornya siang bolong ckckck. Katanya sih, pencurinya pakai cairan kimia buat ngerusak gembok. Mungkin pakai asam pekat kali yes. Wah. Papa makin-makin aja worry-nya. Tapi ya sudahlah... ikhtiar kenceng lalu pasrah. Sebaik-baik penjaga hanya Allah.

Poin pentingnya adalah: JANGAN DZHOLIM sama tetangga. Ini #ntms banget buat saya juga. Mbok kalau pelihara hewan ya monggo. Tapi inget, ada hidung orang lain yang kudu dijaga juga.

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Muttafaq ‘alaih).

Nah. Ini self reminder pake bangetnget buat saya.

Lalu poin selanjutnya, kalau pilih lingkungan rumah emang yang kudu kondusif, aman dan cukup ramai. Yang jelas buat saya, dekat dengan masjid, puskesmas dan tempat belanja hehe.

So, buibu, yuk mari. Kita ikhtiar menjaga lingkungan sekitar kita agar nyaman dan tenteram untuk ditinggali bersama. Gak hanya untuk keluarga, tapi juga tetangga kita.