26 Agustus 2011

(sajak) Titik itu Bernama Cinta

Abstrak berjalan
Menghias diri di kala sunyi

Bermain di relung hati
Sakit ketika menangis
Tersenyum ketika tertawa

Sajak menari
Lirik bernyanyi

Gelap menjadi cerah
Tampak menjadi buram
Dusta menjadi pembenaran
Jujur seperti menghilang

Namun masih ada yang tetap menjaga fitrah dan hakikatnya..
cinta kah semua itu?

Maba Oh, Maba

Menjadi mahasiswa adalah sebuah fase bagi seseorang yang melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Membantu adek kos-an yang baru menyiapkan 'bekal' ospek buatku bernostalgia saat awal masuk kuliah.hmm...Rasanya cepat juga.padahal, sudah tiga tahun berlalu.

Menyiapkan strategi baru untuk menjaring maba(red: mahasiswa baru) pun dilakukan. dengan masuk ke dalam acara ospek, mempersiapkan open recruitment, amunisi.wuiih.....subhanalloh.semua membutuhkan keikhlasan dan semangat!.

Rasanya tak tega jika melihat ke-luguan dan besarnya rasa penasaran mereka tentang kehidupan mahasiswa, terjawab dengan hal-hal ke-hedonan, ideologi 'kebebasan'. tak tega jika idealisme mereka terbentuk tanpa ruh.hanya sekedar akal dan jasad.
Mau jadi apa Negeri ini?. jika para pemudanya hanya bisa memikirkan kesenangan duniawi semata. Na'udzubillah...

Teringat ucapan seorang Mbak,
"ayo dek, buat ade-ade kita yang baru itu bisa merasakan nikmat yang sudah kita rasakan. nikmat iman, islam, hidayah, ukhuwah. buat mereka merasakan jalan yang kita lalui...".

kata lainnya adalah, "Mari Persipakan Generasi Penerus".
Generasi-generasi Rabbani yang selalu melakukan  dan mengajak pada kebaikan. Generasi yang akan mengambil tongkat estafet da'wah dengan ilmu dan amal.

Ya, luruskan niat : Allohughoyah.
semua ini hanya untuk ISLAM.

Bismillahirrahmanirrahiim.

Kisah SPG Ramah :D

Suatu hari saya sedang melihat-lihat perlengkapan mandi bayi. kebetulan, Tim Puskomda Purwokerto yang baik2 (halah) memutuskan memberi kado untuk Pak Ikin (yang ada di desa binaan) yang baru saja melahirkan anak keduanya (eitzz..yang melahirkan istrinya koq.hehe).

aku      : "Mas..yang ini, harganya berapa?" (sambil nunjuk barang)
mas SPG  : "saya kurang paham mba..sek,sebentar..Mba" (Manggil SPG perempuan)
mba SPG  : "iya mba, ada yang bisa saya bantu?"
aku      : "iya mba, ini berapa harganya?"
mba SPG  : " ini, 23 ribu mba"
aku      : "oh.."
mba SPG  : "buat anak ke berapa?"
aku      : "oh..buat anak ke-dua"
mba SPG  : "laki-laki atau perempuan?"
aku      : "perempuan"
mba SPG  : "oh iya, kalo anak perempuan biasanya yang warnanya merah. udah berapa bulan?"
aku      : "mm...baru beberapa hari mba.."
mba SPG  : "wah...selamet ya mba.suaminya mana?lagi jaga dedeknya ya?"
aku      : (*nyengir*, antara kasian dan pengen ketawa) "mmm...maaf mba..saya belum nikah.."
mba SPG  : loh?trus ini untuk siapa?
aku      :" untuk sodara saya koq mba.." (sambil senyum-senyum tawa)

Entah apa perasaan Mbak SPG-nya saat itu.mungkin dalam hati *gubraakkk* atau apa lah.hehehe.saya sih gak berniat bohong.ASELI!.tapi ya, ke-isengan saya adalah, tidak meralat sejak awal. hehehe

Dont Try This at Mall or Market, okey ?

^______^v

Fiction 2 (lanjutan fiction 1)

Tiga tahun berlalu.

“kamu yakin, nduk?sudah istikahrah?” Tanya bulik selepas dhuha kala itu.

“Insya Alloh, bulik..”

“ya sudah..mudah-mudahan ini yang terbaik ya, Aisy..Bulik selalu mendo’akanmu..” bulik menyeka airmataku.

Kadang aku berfikir, apakah keputusan menolak dokter  Arif adalah pilihan yang tepat?.  Aku hanya berusaha jujur dalam do’aku ketika mengahdap-Nya. Tak ada rasa sedkit pun yang ku tutupi. Pun begitu dengan rentetan kalimat pintaku pada-Nya.Pasrah. Bukan. Bukan karena aku tak menyukai dokter muda itu sedikit pun. Tapi yang bermasalah adalah hati ku yang pecah bak serpihan kaca. Pasca berita pernikahan seseorang yang telah menyuguhkan pertama kali tentang cinta di hidupuku.

sungguh tak mampu jika harus terus berada di kota sejuta kenangan ku bersamanya. Aku tak sanggup membayangkan jika saat itu aku bertemu dengan dia, Aku takkan mampu melihatnya menggandeng wanita lain. Walau mungkin saja, aku pun telah bersama yang lain.

Hati ku berontak saat niatan tak lurus membisiki ku, ‘ lupakan dia dengan lelaki lain’. Aku tak mau menodai ikatan suci pernikahan dengan niat curang seperti itu. aku memang tak tahu seperti apa masa lalu dokter Arif. Hanya saja, rasanya tak adil jika ijab sudah diikrar, masih ada sekelebat bayangan hadir walau hanya sekedar lewat. Sebab itu lah, Negeri Sakura menjadi pilihan. Beasiswa S-2 ku dapat, dari kebaikan hati pembimbing skripsi.

Kini aku menjejakkan kaki ku di tanah yang telah ku tinggal untuk ber-uzlah, Purwokerto. Kota satria yang khas dengan mendoan. Dan sekarang, Aku mengabdi sebagai dosen di universitas yang dulunya telah memberi ku gelar Sarjana Farmasi, Jenderal Soedriman.

Jika saja aku tak menemukan surat usang berupa pengakuan semua masalah dari lelaki galaxy itu, Andromeda, sebutan untuk cinta pertama ku yang telah menorehkan tinta merah di hati. Mungkin aku tak kan teringat semua kenangan yang sudah ku kunci rapat-rapat di jauh sudut hati ku.

Sampai berfikir, apakah asam arakhidonat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri akibat injury, juga ada di hati ku?. Karena rasanya sangat sakit!. Aku istighfar berkali-kali mengingat itu semua. Dan perbincangan serius tadi malam dengan ibu ku turut hadir di memori ku.

“Nduk ayu, kapan ibu gendong momongan toh?”

Aku yang sedang asik membaca buku jadi tak bersemangat lagi untuk membalik halaman.

“Iya nduk..bapak juga sudah pengin nimang cucu. Kamu ndak iri lihat sepupu-sepupu mu, nduk?”.


“aisy..belum siap, pak, bu..”jawabku terbata.

“belum siap kepripun, toh?. Cantik, pintar, apoteker, dosen, usia juga sudah cukup, ayo nduk, jangan kelamaan. Apa ga takut jadi perawan tua?”.

Deg!. Rabbi…bantu hamba..
--
Ku lipat surat usang itu di depan layar monitor komputer Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan UNSOED. Ku cari dengan menu ‘skripsi’, pilih ‘nama penulis’. Ku ketik namanya :

FAUZI RAHMAN

‘oh..kodenya C09275’.

Tangan ku gemetar saat menemukan karya tulis tingkat akhir berwarna abu-abu itu. mataku terhenti pada halaman ucapan terima kasih si penulis.

“…..11. Aisyah Rahmani untuk semangat dan doanya yang senantiasa menemani ku..”

Ah..aku diurutan 11rupanya. Ku balik halaman berikutnya, Jalan Kehidupan!. Nasyid favoritku. Air mata ku berdesakan ingin keluar. Semua kenangan itu kembali hadir tanpa ku minta. Tanpa ku kembalikan skripsi itu ke tempat semula, aku berlari ke luar gedung. Menahan tangis yang hampir meledak.

Salah ku yang menuruti nafsu untuk melihat semua itu. salah ku yang nekat walau tau akhirnya akan seperti ini. aku tak kuat..sungguh. buliran air mata ku mengalir juga saat aku mencoba men-starter motor.

Bersambung ^___^v

sssttt..Bacanya sampai Habis :D

Dadaku berdegup kencang saat kau menatap tulus dan menyapa ku dengan sebutan “ukhti”. Hati ku terasa damai.indah rasanya.

Pertemuan kita tak hanya saat itu juga.di lain ruang, waktu dan kesempatan..ternyata Alloh begitu sayang padaku. Hingga aku bisa bertemu lagi denganmu. Masih dalam misi yang sama. Bukan begitu, sayang?.

Waktu terus berjalan. Beriringan dengan usia kita yang semakin lama tak lagi muda. Asam manis jalan yang sudah kita lalui. Suka duka tlah kita lewati bersama. Banyak hal! Dan Alloh masih menyatukan hati kita.mungkin karena do’a Rabithah yang slalu dipanjatkan tiap selesai sholat dan dalam indahnya malam yang kita gunakan untuk bermunjat pada-Nya.

Aku ingat ketika aku mulai lelah dalam misi kita. Berhari-hari aku tak menghubungimu. Maaf kan aku.aku tau kau cemas, khawatir pada ku..tapi ego ku lebih kuat, sehingga aku lebih memilih ‘jauhi’mu untuk beberapa saat. Sekali lagi, maaf kan aku.

Saat aku tak mampu dan terpuruk itu lah, surat cinta mu  hadir dalam hidup ku. Ku harap kau tak ingin melihat aku yang sedang menangis karena membacanya. aku akan terus menyimpan surat-surat itu,janji.

Aku pun merasa terluka saat kau menitikkan air mata. Hati mu bimbang, gelisah dan kecewa.tentu saja kita masih dalam misi yang sama. Bukan begitu?saat ada satu anggota tubuh yang terluka, maka anggota yang lain akan ikut merasakan sakit juga. Ingin rasanya menolongmu. Namun apa daya?hanya do’a yang mampu ku panjatkan.

Banyak hal yang ku dapat darimu, sayang..terima kasih ya.maaf jika aku tak mampu jadi yang terbaik untukmu. Maaf jika bahu ku terlambat datang untuk jadi sandaran mu saat kau lelah. Maaf jika terkadang senyum tulus mu tak mampu ku balas.

Ternyata benar adanya, ukhuwah begitu manis rasanya, ukhtifillah..

Misi kita tak kan selesai hari ini atau esok. Misi kita masih terlalu panjang.  Dan aku selalu berdo’a semoga Alloh selalu menjaga langkah kau dan aku agar kita tak meninggalkan misi ini. ya..aku yakin, kau pun sudah sangat paham, bahwa Jalan da’wah yang panjang tak membutuhkan kita, tapi kita lah yng butuh jalan ini. Dan karena jalan ini lah yang  sudah mempertemukan kita. Kelak pertemuan kita tak hanya di dunia. Tapi di Jannah-Nya, insya Alloh. :’)

Keep fight, ukhti ^___^
Jkt, 4 april 2011

21 Agustus 2011

AaBeGe adekku

*fewh*

Hari pertama di Rumah setelah sekian lama di  Purwokerto, Bulan Ramadhan.
Lagi asik Nge-MP-i (istilah Blog walking di MP), 

"Bude (sebutan dari ade sepupu ku yang tinggal di rumah ku untuk my mother), Mba iki dimana?" teriak ajiz dari luar rumah.
"Ada di kamarnya. Kamu koq udah pulang sekolah sih???" tanya mama ku heran.

"Iya.soalnya besok udah libur.jadi sekarang pulang cepet".
(sambil Lari-lari ke atas).

"Mba.." (ketok pintu kamar).

"Apa?" Tanya ku Malas.

"Mba...ntar temen2 ku mo liat mba.."

"what???.emang gw pajangan diliat-liat??"
"Iya..soalnya pada penasaran sama mba iki di fb!!"

*bingung*
"Maksudnya?"

"iya..soalnya mba sering nasehatin aku di fb sih.pada penasaran dah, sapa yang BAWEL.hahahahah"

(-_____-") aaaa...bener-bener deh..anak jaman sekarang ya..

gimana ga bawel coba???

udah kelas IX SMP, masih aja suka maen. Ya futsal lah, Break Dance lah..giliran sahur atau buka aja (kata mama) ngeluh, "aduh, leher sakit" atau "aduh, kaki ku pegel". atau pas tengah bolong, "capeee...hauuuuusss" (kalo ini baca statusnya).

gimana gw gak emozeeee... *grrrrrrr*

ya ya..baiklah, aku pernah berada di posisinya sih *halah* merasakan jadi anak SMP.mm..kalo diinget-inget, hampir mirip sih..suka maen basket, olahraga, nari, ga suka belajar.hehe..Gak koq..pas kelas IX, udah agak insap..
qe qe qe qe :D

but, he still my lovely brother ^__^


Kenapa sih, bikin blog baru?

Sebenernya sih, iseng aja..hehe.
*What??Alasan macam apa itu?*
:D

banyak temen yang punya blogspot, trus pas liat tampilannya, hmm..ternyata asik juga (kayaknya). kalo dihitung-hitung, ini blog ku yang ke berapa ya?.
*gubrak*
bener-bener lupa.. :D

awal nge-blog itu semester satu, karena waktu itu masih jamannya friendster, jadi bikin blog di FS. Lanjut ke wordpress yang ternyata, ga jauh beda sama blog di FS (pengaturan dan tampilan). Beralih ke blogspot (dulu punya, tapi lupa.haha).  Tahun 2009 awal, dikenalin sama Multiply sama temen-temen dunia maya. OK deh, aku bikin. And, bertahan sampai sekarang *keren kan* (norak dehh ). Dan akhir 2010, udah ada niat bikin di blog spot (lagi). Namun, urung karena sibuk *so sibug* di kampus. Finally, baru sekarang bisa kesampean. Mudah-mudahan, ini blog kedua ku yang ga akan aku telantarin *jiyyahhh*

Pengen cari suasana baru juga.Pengen nambah banyak jaringan. Jadi?bikin blog baru.kalo blog ini, niatnya sih, pengen lebih fokus ke Farmasi. Tapi..kita liat aja ntar.hehe

Ini Blog Lain-ku

Ini Blog ku yang di Multiply. Aku lupa kapn tepatnya bikin ni blog.Hmm..kayaknya sekitar tahun 2009 awal deh.
waktu itu atas ajakan seseorang http://frozza.multiply.com. Katanya, bikin blog di MP lebih gampang en seru.Jadi ya, coba deh..

(galau) ga.jelas.org


maaf, aku benar-benar tak kan membiarkanmu masuk lebih jauh ke dalam hidup ku..
sekali pun, aku telah mengenal mu (mungkin), tapi banyak hal yang tak kau tau sehingga membuat ku membuat sebuah jarak dengan mu (walau tak adil untuk mu).

Mian Hae (maaf kan aku)


Aku benar-benar tak ingin (lagi) ada yang masuk ke dalam hati ku untuk meminta lebih dari kata 'saudara'.aku izinkan lebih (sedikit)..namun jangan menuntut banyak dari ku.Biarkan aku mencoba mengobati luka dan sayatan di hati ini, sendiri..

Untuk : banyak orang (haha)

^__^

(sajak) Lilin Cinta

Senja merekah menyapa

Menyeka luka, indahnya

Aku berlari dari sajak-sajak  mesra

Mengingatkan romansa cinta

Kisah hati yang tak mengenal bahagia

Sampai senyum hanya topeng di muka

Semua itu masih terekam jelas di kepala

Aku merona karenanya, kau yang pertama,

Cinta

Bintang rindu masih disana

Masih menatapmu dengan  sejuta do’a

Mengenggam lembut asa

Karena ia ku biarkan disana

Agar ia menjaga mu, cinta

Kujaga kenangan seperti lilin yang menyala

Aku yakin suatu hari kan redup tak bernyawa

Dan biarlah ku tunggu sampai waktu itu tiba

Walau dengan sejuta luka

Tak mengapa

asal ada senyum airmata

aku tetap bahagia


Pwt, 12082011
16:00

enaknya baca puisi diatas, sambil dengerin lagunya Sassy Girl yang Sarang Haeyo.hehe..

lagunya sih, bahasa korea...tapi terjemahannya :


Aku sudah mencintaimu begitu dalam
dan bertambah sedikit lagi karena sambutanmu
Jika kau meninggalkanku begitu saja
Kau pasti tahu hancurnya hati ini

Aku mencintaimu, akan kumulai kembali
Kau mungkin tak bersikap baik padaku, tapi
Aku mencintai seorang teman
Kamulah orangnya
Cinta kita telah digariskan dalam takdir

Memang sangat berat bagimu hingga kau menangis
Sekarang aku akan membayarnya dengan diriku
Senyummu memberiku keceriaan
Sekarang aku juga merasakan itu

Aku mencintaimu, hanya dirimu
Kau mungkin tak bersikap baik padaku, tapi
Aku mencintai seorang teman, kamulah orangnya
Mari lupakan yang lalu dan kita berbahagia…

(fiksi) Tinggalkan, cinta!

Sebelumnya, ingin menegaskan kembali!. kisah dibawah benar-benar fiksi belaka. jangan menyangkut pautkan dengan diri saya atau anda (yang mbaca). okey???. kalo ada kemiripan kisah n tokoh, bener2 gak disengaja!!!. terinspirasi dari bangunan yang mulai akrab denganku (Rumah Sakit Margono). 
Aku menunduk tak berdaya di depan seorang wanita yang telah mengenalku sejak kecil.
“Bu lik minta nomer yang bisa dihubungi”
Dengan mengucap Bismillah, ku berikan secarik kertas berisi angka yang dapat menentukan masa depan ku.
Penuh gemuruh kini dadaku. Ada sejumput asa disana. Harap-harap cemas, memohon yang terbaik dari takdir-Nya.
“sekarang Aisy makin perkuat ruhiyah ya. Banyak mohon petunjuk sama Gusti Alloh, nggih?”.
Aku hanya mengangguk pelan. Semua ini mengalir begitu saja dari mulutku. Sebuah keinginan suci yang didambakan oleh tiap Muslim. Menggenapkan separuh dien. Namun  tak pernah terlintas nama itu dalam perhitungan ku. Bukan karena ia yang tak baik atau tak pantas masuk dalam daftar. Jika ada yang mengatakan itu, mesti maksudnya terbalik. Aku yang tak pantas.

Dalam keraguan mendalam itu, aku kembali menekuni kisah yang tersimpan rapi dalam arsip di laci hati. Seperti tengah membaca sebuah novel roman picisan. Hanya saja aku tak mampu merangkai rapi kalimat untuk menggambarkan rasa yang berkecamuk. Akhrinya hanya tergugu dalam kesendirian.

Salah ku karena terlalu menggantungkan harapan pada manusia. Sebuah kesalahan sederhana yang fatal. Bagimana tidak?,karena hal itu, ruang di dalam diri  yang harusnya suci dan terjaga, kini porak poranda. Seperti sebuah rumah yang tengah  dibobol maling untuk mencari harta.

Sebuah undangan bertemakan merah jambu mendadak hadir di depan pintu rumah ku beberapa bulan lalu. 15 menit aku berdiri mematung. Mencoba mengeja dua nama yang tertulis rapi. Kalau saja hp ku tak bersuara murottal saat itu, mungkin aku tak kan bangun dari lamunan.

“assalamu’alaykum.nduk, pripun kabare?”. Begitu pesang singkat yang terbaca. Bawahnya entah apa. Karena pelupuk mata ku telah penuh sesak oleh air mata. Tanpa pikir panjang, ku bawa motor menuju tempat sang pengirim Short Message Service itu.

Sepanjang  jalan hanya mampu beristghfar sebanyak mungkin. Mencoba ber-muraja’ah. Namun sekelebat bayangan seseorang hadir begitu saja tanpa diminta. Menambah irisan luka di hati. Pilu!.

“bu lik…”.tanpa sempat mengucap salam, aku tenggelam dalam pelukan hangat beliau. Terisak keras. Terguncang hebat. Sebuah kisah sedih itu pun akhirnya terlontar walau dengan terbata. Mungkin saat itu, aku terlihat seperti anak kecil yang kehilangan mainanan kesayangan. Anak bulik yang paling bontot berumur 4 tahun itu tertegun melihat ku. Ih, mirip kayak aku, mungkin begitu batinnya.

“nduk, apa kamu lupa?.yang namanya jodoh, rezeki, itu sudah ada yang mengatur. Jangan bersedih. Alloh itu Maha Adil dan Maha Tahu. Lelaki yang baik akan mendapat pasangan yang baik pula. Yang lalu tak perlu lagi disesalkan. Cukup jadi pembelajaran. Mungkin sekarang Aisy terluka parah. Seperti dilupa dan dikhinati. tapi yakinlah nduk, Alloh itu akan memberikan jawabannya kelak. Entah dalam bentuk yang seperti apa, itu tak perlu dipikirkan dan dirisaukan”

“tapi…kenapa ia tega tanpa sepatah kata, pergi begitu saja..”

“ssttt..jangan terus menyalahkan apa yang terjadi. Mungkin beliau pun terpakasa melakukan. Berbaik sangka saja, sholehah. Bersabar”

“aku gak bisa dengan mudah berbaik sangka padanya, lik…”. tetap pada ke-egoan ku. Mencoba menghakimi lelaki yang sudah mengotori hati ku selama 2 setengah tahun. Yang sudah memutus asa tanpa sempat ucap perpisahan. hanya undangan yang dilayangkan.  

“Bukan berbaik sangka padanya, nduk. Tapi pada Gusti Alloh. Ayo nduk,  jangan terpuruk hanya karena manusia. Masih banyak manusia di jagat raya ini yang butuh Aisy. Aisy punya segudang impian, bu lik tahu itu!.dan impian mu itu begitu mulia. Sayang jika hancur lebur hanya karena patah hati”.

Dan..

Kini aku tengah berikhtiar dengan jawaban dari istikhrah-ku beberapa waktu lalu. Menikah. Ide itu muncul begitu saja dan ku utarakan pada bu lik. saat itu jawaban bulik hanya tersenyum, “kau sudah dewasa, nduk. Berdo’alah. Minta yang terbaik “. Dengan dada berdebar, ku katakan niat ku itu pada kedua orang tua yang ku sayangi. Seperti sudah jalan, keduanya pun merestui.

Dua pekan berlalu. Pesan singkat dari bu lik tadi pagi membuat aku tak mampu menahan rona merah di pipi. “ Insya Alloh beliau menerima niat baik kita. Beberapa hari lagi, mungkin Aisy akan berta’aruf dengannya”. Alloh, seperti mimpi kisah ku ini. aku hanya tak ingin berharap banyak mengingat siapa diriku dan siapa lelaki mulia itu. seorang dokter yang ku kenal karena bekerja di Rumah Sakit yang sama. Hanya sekilas obrolan yang ku dengar tentangnya dari para perawat yang sedang bertugas mengambil obat di Instalasi Farmasi.

Profesi ku sebagai seorang apoteker mengharuskan aku berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Namun dengan dokter itu, hanya beberapa kali saja aku berbincang. Itu pun dia yang mulai berdiskusi, membicarakan pasien yang sedang ia tangani. Tentang akhlak mulianya, mampu ku tangkap tanpa harus mengoreksi lebih dalam. Karena tampak pada laku dan ucapnya.

Ta’aruf?.dengan dokter yang banyak di sukai oleh teman sejawat dan perawat?. Wahai Dzat Yang Maha Hebat, berilah hamba-Mu ini takdir terbaik dan terhebat.aku hanya mampu berpasrah selepas ikhtiar.

BERSAMBUNG.

Antara Sunflower (me) dan PDa

Gadis itu mahir menguasai bola yang ada di tangannya. Sesekali ia melempar ke dalam keranjang  yang ada di hadapannya. Tembakannya jitu. Bahkan 3 point mampu ia lakukan.

Gadis itu berfikir, mungkin hidupnya akan selalu seperti ini sampai kelak ia dewasa. Basket dan studi. Komunitas anak hedon yang tak pernah peduli dengan keadaan sekitar. Berkumpul dengan orang-orang yang tenar di sekolah dengan kecerdasan, penampilan, dan ke-tajir-an. Itu lah dia, gadis dengan jilbab pendek yang dikenakan . Walau begitu, sholat lima waktu tak pernah ia tanggalkan.

Puing-puing hafalan 3 juz bagi gadis itu, bukanlah suatu yang penting untuk dijaga. Ya..sisa ingatan dari SD Islam Terpadu-nya dulu. Telinganya mulai asing dengan murottal dan nasyid islami kala itu. baginya, It isn’t important. Ada yang lebih keren. M2M, westlife, Link Park, Evanescen dan sederet artis papan atas lainnya yang masuk nominasi chart Ampuh di salah satu stasiun televise swsata bergengsi.

Hidupnya penuh petualangan bersama teman-teman yang satu tipikal  dengannya. Gadis itu mengenal banyak orang dengan bermacam-macam latar belakang. Membentuk pola pikirnya yang terlalu banyak toleransi terhadap sesuatu. Entah aqidah yang sedang rusak atau sudah tergilas oleh zaman. Miris.
Ibu tercinta yang memaksanya untuk tetap ikut acara kerohanian islam di sekolahnnya. Setidaknya, agar anak gadis semata wayang nya itu tak pernah lupa untuk mengaji.ahh ibu, begitu mulia sosoknya. Gadis itu tak mampu menolak perintah ibunya walau sungguh sangat enggan dirasakannya berlama-lama di kelas hanya untuk membaca Al-Qur’an. Ekskul ini gak banyak pengikutnya, begitu pikirnya.

Sedikit membuahkan hasil di berbagai lomba MTQ tingkat sekolah. Selalu mendapat juara. Hidayah memang hanya miliki Dia semata. Walau mahir, fasih dan paham tajwid bahkan hafal ayat cinta-Nya, tetap tak mampu membuka hatinya. Gadis itu masih dengan ke-sehariannya yang hedon.

Sampai suatu saat di Sekolah Menengah Atas, ajakan dari kakak kelasnya  yang satu almamater di SMP-nya dulu di gubris olehnya. ROHIS kembali ia tekuni. Diam-diam ia mulai kagum dengan perempuan-perempuan  berjilbab lebar di sekolahnya. Mereka smart. Begitu kesannya. Tapi tak seperti teman-teman dan dirinya dulu di menengah pertama.

Dan gadis itu mulai teringat dengan sosok yang saat kecil selalu disampingnya. Seseorang yang selalu ia temukan di kamarnya dengan buku atau Al-Qur’an disamping dirinya yang tengah terlelap. Bahkan Al-Qur’an kecil dari sosok wanita yang kesehariannya ia sapa ‘bu lik’itu masih tersimpan rapi di laci belajarnya.

Mungkin Alloh masih sangat sayang pada gadis basket itu. sampai akhirnya ia mulai memanjangkan se-senti, dua senti dari jilbab yang ia kenakan. Berusaha menghadirkan hati saat tilawah kesehariannya yang sudah dirutinkan seusai sholat lima waktu. Menangis ketika tersadar bahwa hafalannya kian memudar dari ingatan. Gadis itu mulai memahami bahwa setelah hidup ini, akan ada hidup yang lebih abadi , di akhirat sana. Sampai ia tak sadar, bahwa dirinya teseret dalam suatu arus. Sungguh, gadis itu sama sekali tak menyangka, dia bisa berkenalan akrab dengan  sebuah kata yang di usia sebelumnya tak pernah hadir di hidupnya. Da’wah.

Tiga tahun di SMA menjadikannya cukup dewasa dalam berbagai sisi kehidupannya.  Gadis itu berfikir, inilah komunitas yang ia cari. Hingga saat ini, terhitung sudah hampir empat tahun ia mengemban ilmu di universitas yang menjadi pilihannya. Bertemu kembali dengan gelombang yang sama saat dirinya masih duduk di sekolah menengah atas.

Bertemu dengan lebih banyak orang,  sampai ia paham  bahwa ada persaudaraan mulia yang diikat oleh iman, yaitu ukhuwah islamiyah. Perjalanan panjang membenturkan pemikirannya dengan banyak hal . Mulanya tak dimengerti  namun seiring waktu membuat  dirnya semakin bijak dalam mengambil suatu sikap dan putusan. Kini ia ingin terus melebarkan sayap layaknya kupu-kupu. Terbang kemana pun yang ia mau dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai seorang khalifah di bumi.

Bersyukur hingga detik ini, ia bersentuhan dan ikut masuk dalam Lembaga yang mengikuti jejak para pendahulunya, zaman ketika Islam menggema di seluruh pelosok yang ada di dunia. Da’wah kampus, Forum Silaturahim Lembaga Da’wah Kampus, Pusat Komunikasi Daerah.

“Bersama Melakukan Perbaikan, Menuju satu peradaban Masayarakat Madani”.

“…Pada hari  ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agama bagimu…” (Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 3).
Purwokerto, 18 april 2011.
Saat hati ingin menggapai semua mimpi.