“Hatchiiiii…,”
Saya dari dapur langsung nengok ke
arah suara dong. Subhanallah… anak lanang mau pilek! Heu…
“Demam gak, Bah?” tanya saya ke Abu
Mursyid.
“Gak. Cuma anget,” jawab Abu
Mursyid.
Baiklah. Akhirnya saya lihat
perkembangan Mursyid. Kalau menjelang ashar Murysid demam, saya harus ikhlas
gak ikut majelis jejak nabi yang diisi Ustadz Salim A Fillah. Tapi kalau cuma
anget dan Mursyid masih ceria, oke. Bismillaah.
Dengan izin Alloh, Mursyid bisa
diajak ngaji! Yeay… Mari kita belajar, Nak. Kita kenali siapa sosok Rasulullah
saw. Sebelumnya mampir beli jeruk dulu buat ngemil Mursyid. Alhamdulillah,
kajiannya agak ngaret, jadi gak ketinggalan materi. Setelah Mursyid
menghabiskan satu jeruk, Ustadz Salim dateng.
Alhamdulillah… Abu Mursyid
membiarkan saya mendengarkan khusyuk :D. Mursyid dipegang sama Abunya.
Saat Ustadz Salim bekisah tentang
adanya perbedaan pendapat tentang usia Khadijah ra (antara 40 tahun atau 28
tahun). Tiba-tiba saja, “Ini, Mbak. Ambil.”
Eh?
“Untuk saya, Nek?”
Ibu yang saya panggil Nenek
tersenyum. “Iya, untuk Mbak. Silakan. Saya bawa dua.”
Saya teliti botol kecil kemasan yang
tertulis “Air Zam-Zam”. Dalam hati saya bertahmid berkali-kali. Yaa Alloh…
rizkinya Mursyid yang sedang tak enak badan.
Hati-hati saya bicara ke Nenek, “Maaf,
Nek… air zam-zamnya boleh untuk anak saya?”
“Boleh sekali, Mbak.”
Lalu saya hampiri Mursyid dan
Abunya. Saya bawa Murysid duduk di samping saya untuk mengucapkan terima kasih
kepada Nenek.
“Ini anak saya, Nek. Nah, ini air
zam-zam dari Makkah untuk Mursyid dari Nenek. Ayo bilang, Jazaakillahu khior,
Nek. Semoga Alloh membalas kebaikan nenek dengan kebaikan pula. Aamiin.”
“Aamiin yaa Alloh…” Sang Nenek
mengelus kepala Mursyid.
Setelah itu kami berbicang sedikit
tentang tempat tinggal, tahu dari mana adanya majelis jejak nabi, dan lainnya.
Menjelang maghrib kajian usai. Mursyid
dibawa Abunya sebentar ke depan. Saya tengok sekilas, mereka mendatangi Ustazd
Salim. Selesai sholat maghrib, Abu Mursyid cerita apa yang tadi dia bincangkan
dengan Ustadz Salim.
“Tadi Mursyid didoakan sama Ustadz
Salim.”
“Terus?”
“Abah cerita kalau pas hamil Mursyid
dulu, ummi sama abah sering dateng ke MJN di masjid Jogokariyan.”
“Kata ustadz apa?”
“Iya
kah? Mursyid seumuran dengan anak saya yang paling kecil.”
Hehehe…
Mursyid dan Ustazd Salim. Btw, itu mukanya lesu banget :D |
Baarkallah, Nak. Semoga engkau
menjadi seseorang yang selalu menuntut ilmu dan mengamalkannya. Syafakallah
syifaan ajilan, anak sholehnya ummi dan abah. J
Aaakkkk... Mursyid, dipangku sama Ust.Salim.
BalasHapusHm... asik banget bisa ikut kajian ust.salim. *mupeng*
Iya, Ci. Haha. Emaknya mah gak liat kapan dipotonya. Di tempat ikhwan soalnya :))
HapusDi Pekanbaru belom ada, Ci? Coba usul aja, Ci. Bisa ke pengurus masjid agung di sana.