28 Februari 2016

MJN dan Air Zam-Zam untuk Mursyid


           “Hatchiiiii…,”
Saya dari dapur langsung nengok ke arah suara dong. Subhanallah… anak lanang mau pilek! Heu…
“Demam gak, Bah?” tanya saya ke Abu Mursyid.
“Gak. Cuma anget,” jawab Abu Mursyid.
Baiklah. Akhirnya saya lihat perkembangan Mursyid. Kalau menjelang ashar Murysid demam, saya harus ikhlas gak ikut majelis jejak nabi yang diisi Ustadz Salim A Fillah. Tapi kalau cuma anget dan Mursyid masih ceria, oke. Bismillaah.
Dengan izin Alloh, Mursyid bisa diajak ngaji! Yeay… Mari kita belajar, Nak. Kita kenali siapa sosok Rasulullah saw. Sebelumnya mampir beli jeruk dulu buat ngemil Mursyid. Alhamdulillah, kajiannya agak ngaret, jadi gak ketinggalan materi. Setelah Mursyid menghabiskan satu jeruk, Ustadz Salim dateng.
Alhamdulillah… Abu Mursyid membiarkan saya mendengarkan khusyuk :D. Mursyid dipegang sama Abunya.
Saat Ustadz Salim bekisah tentang adanya perbedaan pendapat tentang usia Khadijah ra (antara 40 tahun atau 28 tahun). Tiba-tiba saja, “Ini, Mbak. Ambil.”
Eh?
“Untuk saya, Nek?”
Ibu yang saya panggil Nenek tersenyum. “Iya, untuk Mbak. Silakan. Saya bawa dua.”
Saya teliti botol kecil kemasan yang tertulis “Air Zam-Zam”. Dalam hati saya bertahmid berkali-kali. Yaa Alloh… rizkinya Mursyid yang sedang tak enak badan.
Hati-hati saya bicara ke Nenek, “Maaf, Nek… air zam-zamnya boleh untuk anak saya?”
“Boleh sekali, Mbak.”
Lalu saya hampiri Mursyid dan Abunya. Saya bawa Murysid duduk di samping saya untuk mengucapkan terima kasih kepada Nenek.
“Ini anak saya, Nek. Nah, ini air zam-zam dari Makkah untuk Mursyid dari Nenek. Ayo bilang, Jazaakillahu khior, Nek. Semoga Alloh membalas kebaikan nenek dengan kebaikan pula. Aamiin.”
“Aamiin yaa Alloh…” Sang Nenek mengelus kepala Mursyid.
Setelah itu kami berbicang sedikit tentang tempat tinggal, tahu dari mana adanya majelis jejak nabi, dan lainnya.
Menjelang maghrib kajian usai. Mursyid dibawa Abunya sebentar ke depan. Saya tengok sekilas, mereka mendatangi Ustazd Salim. Selesai sholat maghrib, Abu Mursyid cerita apa yang tadi dia bincangkan dengan Ustadz Salim.
“Tadi Mursyid didoakan sama Ustadz Salim.”
“Terus?”
“Abah cerita kalau pas hamil Mursyid dulu, ummi sama abah sering dateng ke MJN di masjid Jogokariyan.”
“Kata ustadz apa?”
“Iya kah? Mursyid seumuran dengan anak saya yang paling kecil.”
Hehehe…
Mursyid dan Ustazd Salim. Btw, itu mukanya lesu banget :D

Baarkallah, Nak. Semoga engkau menjadi seseorang yang selalu menuntut ilmu dan mengamalkannya. Syafakallah syifaan ajilan, anak sholehnya ummi dan abah. J

2 komentar:

  1. Aaakkkk... Mursyid, dipangku sama Ust.Salim.



    Hm... asik banget bisa ikut kajian ust.salim. *mupeng*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Ci. Haha. Emaknya mah gak liat kapan dipotonya. Di tempat ikhwan soalnya :))

      Di Pekanbaru belom ada, Ci? Coba usul aja, Ci. Bisa ke pengurus masjid agung di sana.

      Hapus

Silakan komentar dengan bahasa santun :)