21 Februari 2016

Lembar Kehidupan

gambar didapat dari grup one week one paper


Hai, Tuan. Kabarmu hari ini? Dimarahi atasanmu lagi? Wajahmu kuyu dan masai sekali. Keluar sajalah dari pekerjaanmu itu jika selalu menguras hati. Masih ada aku yang siap menemani.
Mari, kemari. Bersamaku, kau bebas menjadi diri sendiri.
Lelah ya? Kau temui aku esok saja. Namun … oh, mengapa kau tak segera ke kamar mandi untuk menyikat gigi lalu pergi ke alam mimpi? Tapi aku senang kau menyentuhku. Aku bisa merasa ada beban berton-ton yang tengah menimpamu. Ada sempit yang menghimpitmu. Aku siap menjadi tempat berbagi keluh kesahmu.

Jemarimu mulai menekan tuts berhuruf yang ada di tubuhku. Lembar kertas pertama, kau cerita kejenuhan pada rutinitas pekerjaanmu sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan. Kau tulis, tak sesuai dengan keinginanmu? Tapi kau tak punya pilihan sebab ibumu yang meminta. Oh, kau sangat berbakti, Tuan.
Lalu di lembar kertas kedua, kau tulis mimpimu menjadi penulis kian menjauh. Ada apakah gerangan? Oh, karena sudah banyak penerbit yang kau kirimi tulisan tapi tak ada kabar? Lalu kau ingin menyerah, Tuan? Secepat itukah semangatmu lesap bak asap yang mudah lenyap?
Lembar ketiga, kau mulai menuangkan gundahmu pada sebuah puisi :

manusia mengenal pagi
dengan mengejar materi
senja temaram
semangat sementara padam
lalu menua
itukah hidup yang sempurna?

Ah, Tuan, kau lupakan sesuatu yang penting. Bahwa hidup bukan hanya sekadar perkara dunia. Ada Tuhan yang mengatur segala …
Kemudian pada lembar keempat dan seterusnya, kau tuliskan mimpi-mimpimu yang belum terwujud. Hingga akhirnya, kau lelap di sisiku. Kubisikkan sesuatu yang tak mungkin kau dengar, Tuan. Bahwa asa takkan pergi jika kau yakin ada Tuhan yang selalu mendampingi, juga kau genggam kuat dengan hati.
Selamat istirahat dan bertemu bunga mimpi, Tuan.
                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan komentar dengan bahasa santun :)