Merasa rindu itu membuatku sesak. Ingin berkata tapi mulut
terasa kelu…
Melihat dari kejauhan, kau sudah bahagia bersama yang lain..
Merasa rindu itu membuatku merasa seperti orang bodoh..
Menangis karenamu, tapi kau tak memikirkanku..
Dan, bahasa kasih seorang Ibu menerjemahkan kegundahanku.
Beliau menentramkan semua..Aku tenggelam dalam pelukan hangat dan lirih do’anya
walau tak bertemu langsung. Hanya sebatas pesan singkat dan suara.
Buruknya adalah, ingatan dan kenangan seliweran dalam otak,
terjebak dalam labirin memoria. Saat ini, rasa menahan
kelogisanku, mengalahkannya, walau tak bisa kusesali bahwa ini adalah sebuah
fitrah..
‘purnama’, ‘pelangi dimalam hari’, ‘kota kita’, ‘jalan kenangan’,
‘hujan’, ‘inuyasaha-kagome’, ‘menulis’. Aku rindu… Dan kau, tak boleh tahu.