01 April 2013

Kawan, dimanakah hatimu?

Dimanakah hatimu?
"Kutitipkan padanya. Eaaaa"
Aih, ini bukan tentang kegombalan yang marak dibincangkan..

Sesuatu yang amat sangat tersembunyi, hanya Dia dan insan itu sendiri yang tau, hati. Ia dekat dengan jasad dan akal. Mengapa?Karena jelas mempengaruhi keduanya. Bila hatimu kian bersih, maka apa yang kau fikirkan, kerjakan dan yang nampak dari raut wajahmu, insyaAlloh menyenangkan. Seperti halnya saat kita melihat bayi. Ia terlihat sangat tenang, lucu, dan tanpa sadar membuat hati kita nyaman. Sebab hatinya tak banyak prasangka, dendam, iri, dengki dan lainnya.

Masih punyakah kita hati?Mudah saja untuk memastikan.



Suatu ketika, ada seorang gadis yang sangat lelah dengan penatnya kota Jakarta. Sambil mengendarai motornya, ia selalu saja mengeluh ini itu. Macetlah, polusi, lelah. Ah, hidup..Melintas di depan sebuah masjid tiba-tiba airmata sang gadis mengalir karena mendengar suara Murottal. Lalu tiap hari, ia sengaja melambatkan kecepatan motornya saat sedang melintasi masjid tersebut. Ya, hanya untuk mendengarkan firman-Nya yang dilantunkan dengan sangat merdu.  

Lalu jawaban hadir selang beberapa hari saat ia mengikuti kajian pekanan. Sang Guru berkata : 

Suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rosululloh yang bernama Ibnu Mas’ud ra. untuk meminta nasehat. Orang ini berkata:

“Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yg sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini, aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan fikiranku kusut; makan tak enak, tidur tak nyenyak.”

Maka Ibnu Mas’ud berkata:
“Kalau penyakit itu menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Yaitu ke tempat orang yg membaca Al Qur’an, engkau membaca Al Qur’an atau engkau dengar baik-baik orang yg membacanya; atau engkau pergi ke majelis(pertemuan) yg mengingatkan hati kepada Alloh; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat menyembah Alloh, umpama di waktu tengah malam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman fikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, engkau minta kepada Alloh, agar diberi-Nya hati yg lain, sebab hati yang kau pakai itu, bukan lagi hatimu.”

Si gadis kemudian meperbanyak istighfar, agar Alloh senantiasa menjaga hatinya. Supaya tak hilang kemana. Sebab hati akan mudah mati bila tak dirawat dengan semestinya. Beribu syukur ia haturkan, sebab airmatanya masih mengalir saat mendengar Al-Qur’an. Sadar akan tilawahnya yang tenggelam akibat lautan kesibukan duniawi. Alloh masih menyanginya, masih mengasihi hatinya.


Lalu, dimana hatimu kini, Kawan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan komentar dengan bahasa santun :)