Kangen,
gak ada yang antar-jemput kalau mau pergi, kalau mau sesuatu harus beli
sendiri..kalau ada suami kan, bisa minta dibeliin. Manja gitu!.
Tapi aku kembali merenungi.
Kini,
aku tinggal di rumah orang tuaku. Hmm, setelah lulus dan menjadi
seorang Apoteker, aku akan ikut suami tinggal di Kota yang ada Sungai
Kapuasnya. Artinya akan sulit sekali untuk sering menengok mama dan
papaku. Kata suamiku, “Neng, ambil hikmahnya. Sekarang Neng harus
memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berbakti pada Mama Papa. Mumpung
masih dekat dan satu atap dengan mereka”.
Bener
banget. Walau memang rindu kadang menyapa dan melambai-lambai di
hati..Tapi ketika ingat akan jasa orang tua, semua itu mudah ditepis.
Toh,
sekarang sudah canggih. Zaman gadget dan sosmed. Ada WA, Line, FB,
Twitter, Y!m, Skype. Lagian, suamiku juga pulang sebulan sekali.
InsyaAlloh rindu yang menusuk terobati.
Yakinlah, kalau Alloh menakdirkan jalan seperti ini adalah karena kita mampu melewatinya dan karena yang
terbaik. Alloh sedang memberi kesempatan padaku untuk lebih lama
bersama orang tua. Alloh juga tengah melatih kedewasaanku sebelum
merantau di pulau orang.
Kadang
memang iri sih, kalau melihat teman kuliah yang juga sudah nikah.
Dijemput oleh suaminya setelah lelah PKP. Ah, lagi-lagi Lillah.. Jadi
Istri Sholihah gak boleh cengeng!. Liat tuh, Asma’ Binti Abu bakar, dan
para shabiyah lainnya. Mereka mungkin lebih sering ditinggal para
suaminya berperang. Bahkan banyak yang Syahid ketika sedang membela
agama-Nya.
Ah, Alloh..Aku menitipkan suamiku. Lindungi dan jaga ia dari kecelakaan, marabahaya yang dapat membuatku kehilangan dirinya, godaan duniawi serta fitnah yang menghalanginya dari rahmat-Mu.
Aamiin.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus