Merangkai Kata
09 Juni 2020
Pernah Gak Sih
Yang menyebalkan itu dari tinggal di PONTIANAK adalah PDAMnya!! Nyebelin banget. Air deras cuma pas malam sampai subuh. Siangnya dong, ambyar. Inginku berkata kasar. Mana lagi pandemi lagi. Orang disuruh rajin cuci tangan, pulang dari luar rumah ganti baju, rajin ngepel dan bebersih... eh, siang bolong air PDAMnya ngalir kecil. Nyebelin gak sih. Iya alhamdulillah kalau pas gentong besar isi air, kalau pas kosong gimana coba.
27 Mei 2017
Tentang Keluarga bagi Saya
Menurut kbbi online, ke·lu·ar·ga n 1 ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah; 2 orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; 3 (kaum -- ) sanak saudara; kaum kerabat; 4 satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.
Well, keluarga... hm, sudah hampir lima tahun berstatus sebagi istri. Dan dua tahun menjadi seorang ibu. Saya sangat sangat bersyukur untuk dua status yang saya punya itu. Beberapa waktu lalu saya sempat baper seharian penuh. Khadimat di keluarga mama, gak percaya kalau saya lulusan S1 farmasi plus sudah pernah disumpah apoteker. Dengan seenak njeplaknya, dia bilang gini. "Sayang duitnya, Mba... masa gak kerja sih?"
Hah. Dengan menahan emosi sambil istighfar, saya menjelaskan dengan menekan nada suara saya agar intonasinya tidak naik hehe, kalau prioritas saya untuk sekarang adalah keluarga kecil saya. Dan ilmu yang udah saya pelajari, insya Allah gak sia-sia. Akan ada masanya insya Allah. Semua itu sudah saya selipkan pada doa-doa saya.
Sebenarnya saya gak perlu merasa baper atau tersinggung, sih. Tapi saya juga emak biasa, yang kadang kalau lihat apotek atau mencium aroma rumah sakit (wkwk), rasa kangen praktik itu muncul. Tapi... lagi-lagi tapi... ketika Mursyid saya iseng tanyakan, "Nak, kalau ummi kerja gimana?"
Spontan anak itu menjawab dengan mimik wajah kesal campur sedih. "Ndak boleh! Ummi sama ucit aja. Biar abah ucit Syahri yang kerja!"
Itu... gak ada yang ngajarin ngomong begitu padahal... antara heran dan seneng. Berarti Mursyid memerlukan saya ada di samping dia. Dan ya, saya juga gak tega kalau jauh dari anak itu. Wong bangun tidur yang dicari ummi, mau makan ummi, mau main sama ummi... yah kaaan. Baper deh saya :').
Kalau menurut kbbi, definisi keluarga ya seperti di atas. Namun menurut versi saya, keluarga bukan hanya sekadar status ayah-ibu-anak saja. Tapi, keluarga itu semacam perkumpulan manusia, yang mana cinta bertumbuh dan menuntun kita ke jalan yang Allah ridhai. Di sana ada rasa ingin selalu mengingatkan pada kebenaran, dengan tak memadamkan rasa hangat yang sumbernya adalah sayang. Makanya, terkadang saya menemukan rasa hangat selayaknya keluarga, padahal tak ada ikatan darah. Ah, kedekatan tadi disebabkan oleh iman. Contohnya saat kita berkumpul dalam suatu majelis ilmu untuk semakin mengenal-Nya. Di sana, ada ruh-ruh yang diakrabkan oleh iman. Ada cinta yang berpendar, senyum-sapa tulus, hati yang terpaut karena Dia.
Lain lagi, ada banyak anak manusia yang tidak mengenal bagaimana wajah ibu yang melahirkannya. Tidak tahu seperti apa bau badan sang ayah yang dulu menggendongnya saat tangis si anak pecah untuk pertama kali ke dunia. Keluarga? Jika merujuk pada kbbi tentu saja masih. Tapi... akhirnya, si anak menemukan makna keluarga pada 'tempat' lain yang ia definisikan sendiri sebagai keluarga, meski statusnya hanya orang tua angkat.
Jadi mau di manapun saya, ketika saya menemukan orang-orang yang menerima saya apa adanya, saling menghargai serta menghormati. Ada rasa tolong menolong. Ada cinta serta sayang meski tak diungkap dengan lisan, saling menasihati dalam kebaikan, saya akan menganggap mereka selayaknya saudara. Sebab, ruh-ruh yang diakrabkan oleh iman, kelak akan dipertemukan lagi oleh Allah di jannah-Nya. Aamiin, insya Allah.
06 April 2017
Menyapih Ala Drama Korea #eh
Segala macam teori dilahap sejak Mursyid usia 16 bulan. Hah. Emang umminya aja sih, yang gak telaten alias gak istiqomah buat sounding. Dibilang males gak juga. Tepatnya adalah saya yang gak rela kehilangan momen-momen indah saat menyusui huhuhu.
Adakalanya diingatkan pak suami kalau Mursyid sudah besar. Di situ saya merasa baper dan laper.
Inget banget waktu pertama kali denger tangisan dia pecah di dunia #kacakali. ASI yang keluar dikit banget. Yang tiap hari makan katuk tapi kok gak ngaruh. Suplemen A-Z dilahap cuma ya ampun, sampai nangis bombay lihat hasil pumping hanya berapa ml. Tapi saya gak nyerah untuk mengASIhi Mursyid.
Dan waktu memang bergulir dengan cepatnya bak kilatan cahaya ... #apabanget
Dua tahun itu mendekat. Maka bismillaah... saya kuatkan azzam yang jatuh bangun untuk menyapih Mursyid.
"Nak, Mursyid sudah besar ya. Nenennya ganti buah, kue atau susu mau?"
Begitu yang kerap saya ucapkan di siang hari. Dari sejak usia setahun sampai 18 bulan nenen di siang hari 5-6 kali, lama-lama berkurang seiiring waktu. Kalau malam, hanya sesekali dia bangun.
Tepat pada usia 24 bulan, di siang hari dia hanya nenen 2-3 kali. Malamnya sudah jarang bangun dan minta nenen.
Saya terus sounding dan sounding yang intinya, kalau sudah besar, Mursyid ndak perlu nenen lagi.
Gak apa ngaret alias gak tepat dua tahun. Dan yap, bulan februari Mursyid sudah disapih. Tapi entah, ini kebetulan atau gimana. Waktu itu saya gak enak badan dan minta tolong bekam pak suami. Selesai bekam, baluran bau minyak butbut semerbak di badan saya haha. Saat Mursyid minta nenen, saya sounding ndak boleh nen. Dan dia balas, "Nen mi au butbut. Ait." (baca: nenen ummi bau butbut. Pahit). Hah? Hahahaha. Baiklah...
Umminya malah yang sering galau dan kangen huhu. Mursyid sesekali minta, tapi dia sendiri yang geleng-geleng kepala saat saya sodorin wkwkwkwk.
Inti dari penyapihan, emaknya dulu yang kudu setrong. Minta sama Allah agar dimudahkan. Lalu sounding dan sounding.
Setelah penyapihan, Mursyid gak minum susu formula. Sebelumnya pernah tanya dengan DSA Mursyid. Kata beliau, gak perlu tambahan sufor asal menu makanannya seimbang. Sayur yang agak kendala. Mursyid gak terlalu suka sama daun-daunan. Tapi kalau macam wortel, kentang, tauge, dan sayur lain yang bukan daun, Mursyid masih doyan alhamdulillah. Paling saya bikin nugget sayur yang isinya bayam hehe. Tapi alhamdulillah juga, Mursyid suka banget kalau sayur berkuah. Jadi saya tetep masakin dia sayur bayam atau sop atau asam. Gak apa yang daun sering dia disingkirin di pinggir piring hihi. Umminya kudu istiqomah mengenalkan dia dengan sayur daun. Ah, ala doyan karena biasa ya, Nak... wkwk.
Segala puji bagi Allah. Azzam saya menyusui Mursyid sampai dua tahun (meski lebih hehe) Allah kabulkan. Saya gak minta sama Allah supaya ASI saya berlebihan atau kurang. Tapi dicukupkan. Semoga dengan adik-adiknya Mursyid juga cukup, aamiin aamiin aamiin yaa Rabb. Alhamdulillah juga, gak drama-drama korea banget sih pada proses penyapihan. Paling saya yang sesekali mewek sesenggukan lihat Mursyid waktu tidur karena kangen nenenin dia haha. Judul tulisan ini emang lebay dan berlebihan wkwk.
Semangat mengASIhi dan menyapih bagi yang sudah waktunya untuk disapih!
05 April 2017
Rumah Baru
Bukan. Bukan rumah baru saya. Ini rumah orang tua yang baru aja pindah. Sebelumnya rumah ortu di perumahan menteng metland. Untuk masalah keamanan mah, jangan ditanya. Tamu kudu wajib setor tanda pengenal kalau mau berkunjung.
Terus kenapa pindah? Jadi, yang satu deretan rumah dengan ortu itu, subhanallah banget. Terutama sebelah kiri rumah ortu. Gak mengeneralisir suatu agama atau suku lho, hanya mbok kalau mau pelihara anjing itu jangan sampai dzholim atau membuat gak nyaman ke orang lain. Baunya itu sampai ke rumah! Ortu sudah bolak-balik memberi peringatan, bahkan sudah ditegur Pak RT. Tapi ya emang orangnya ndableg kali, ya. Segala macam cara udah dilakukan sama ortu untuk kasih tahu. "Woy! Pelihara anjing boleh. Tapi dimandiin dan kotorannya diurusin biar baunya gak ke mana-mana."
Perkara ini bukan sebulan atau enam bulan. Tahunan! Dengan segala berat hati dan pertimbangan A-Z. Ortu memutuskan hijrah ke tempat yang lebih layak.
Dan taraaaa! Saya suka dengan lingkungan rumah baru ortu. Pertama, dekat pasar dan masjid. Cukup jalan kaki kurang dari lima menit buat sampai kedua tempat itu. Pasarnya itu gak nahaaan. Harga juga lumayan miring untk sandang, apalagi kalau dibandingkan sama harga di Pontianak, haha. Ya jelaslah agak jauh beda. Secara gak kena ongkir hehe.
Kedua, komplek rumah ortu yang sekarang dekat dengan beberapa rumah kawan SMA saya. Dan seminggu lalu, saya udah sempat ketemuan dong dengan salah satu kawan saya, hehe. Nostalgia membawa kenangan #eh #uhuks. Ketiga, di komplek rumah ortu yang ini, gak banyak anjing kayak sebelumnya. Keempat, tetangga kanan-kiri, pokoknya sederetan alhamdulillah muslim. Ya kali, di pangkalan ojek dekat rumah terpampang nyata tulisan dan beberapa poster "Israel Terorist!" atau "Save Gaza". Plus bendera Palestina. Paling kerjaan dari pengurus DKM masjid istiqomah, hohoho.
Minusnya? Ada dong. Keamanan di komplek rumah ini kurang terjaga. Satpamnya antara ada dan tiada. Setiap keluar-masuk gerbang rumah sendiri, kudu digembok dan bawa kuncinya. Ribet deh. Apalagi pas papah denger dua minggu lalu rumah yang dekat pasar kecolongan motornya siang bolong ckckck. Katanya sih, pencurinya pakai cairan kimia buat ngerusak gembok. Mungkin pakai asam pekat kali yes. Wah. Papa makin-makin aja worry-nya. Tapi ya sudahlah... ikhtiar kenceng lalu pasrah. Sebaik-baik penjaga hanya Allah.
Poin pentingnya adalah: JANGAN DZHOLIM sama tetangga. Ini #ntms banget buat saya juga. Mbok kalau pelihara hewan ya monggo. Tapi inget, ada hidung orang lain yang kudu dijaga juga.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Muttafaq ‘alaih).
Nah. Ini self reminder pake bangetnget buat saya.
Lalu poin selanjutnya, kalau pilih lingkungan rumah emang yang kudu kondusif, aman dan cukup ramai. Yang jelas buat saya, dekat dengan masjid, puskesmas dan tempat belanja hehe.
So, buibu, yuk mari. Kita ikhtiar menjaga lingkungan sekitar kita agar nyaman dan tenteram untuk ditinggali bersama. Gak hanya untuk keluarga, tapi juga tetangga kita.
09 Maret 2017
Beberapa Hal yang Wow Bagi Saya Setelah Menikah
08 Maret 2017
24 Jam Rasa Sekejap
Dari sini |