09 Maret 2017

Beberapa Hal yang Wow Bagi Saya Setelah Menikah



Saat menjadi istri dan ibu, saya kadang merenung sendiri … ternyata banyak hal wow yang bisa saya lakukan. Bukan mau pamer atau sombong sih. Sekadar share aja, hehe. Saat masih gadis, saya gak bisa bikin kue/roti (tapi kalau masak standar masih bisalah, ya…), saya gak bisa pasang gas, gak bisa angkat galon ke dispenser hahaha, saya gak terlalu suka sama yang namanya kerajinan tangan, saya gak terlalu peduli sama kebersihan serta keindahan wkwk, mmm… apa lagi ya. Ya intinya, ketika saya berstatus sebagai istri dan ibu, apa-apa yang tadinya saya gak bisa, berubah jadi yang saya bisa lakukan.


Bikin kue-roti atau kerajinan tangan, nanti ajalah. ya. Ada postingan sendiri insya Allah. Soal pasang gas? Oh jelas harus bisa saya mah. Gimana coba kalau pak suami lagi dinas keluar kota? Iya kalau sehari. Kalau tiga hari? Kasihan Mursyid harus makan makanan warung terus. Maka, jadilah saya belajar pasang gas sendiri, hehe. Dan ternyata gak sesusah yang dibayangkan! Cukup butuh keberanian dan teliti sih.
Kalau pasang dispenser, saya belajar dari khadimat saya yang tubuhnya sedikit lebih ramping dari saya wkwk. Sedikit lho, ya, gak banyak :p. Masa Ibu (saya panggil ibu untuk membiasakan Mursyid juga) bisa, saya gak bisa? Berat sih, tapi bisa kok. Disitulah saya makin sadar, kalau ibu-ibu itu emang setrong.
Lalu walau saya kadang cuek dengan mainan Mursyid yang bergeletakan di mana-mana, tapi kalau pagi, saya usahan rumah rapi. Yaaa, walau hanya bertahan satu sampai tiga jam. Tapi lumayan lah. Sekalian melatih Murysid juga untuk bisa membereskan mainan sendiri. Dan walau anak laki, saya juga mengajarkan Mursyid menjaga kebersihan dengan nyapu atau ngepel, hehe. Karena kebersihan itu tanggung jawab bersama, buka hanya ibu/ayah/anak.
Tentang interaksi sosial juga. Dulu meski zaman kuliah saya tinggal ngontrak bareng temen-temen, tapi saya cukup cuek dengan lingkungan sekitar. Gak tahu siapa RT dan RW haha. Sekarang mah, ikut arisan ibu-ibu dan posyanduan, hehe.
Hah. Menikah itu membuat saya belajar banyak hal. Dulu sebelum menikah, misal mau komentarin orang, saya langsung aja njeplak. Tapi sekarang, saya belajar bahwa mendengarkan dan melihat sebelum bertindak itu adalah sesuatu yang bijak. Paling kalau lagi sebel, curhatnya sama suami. Contohnya, ada bayi A yang dikasih sufor. Mungkin kalau saya gak memikirkan perasaan si ibu atau saya langsung ngejudge sebelum paham alasan pemberian sufor, hubungan saya dengan si ibu bisa renggang. Dan rasanya pasti gak enak. Walau jiwa saya berontak ketika lihat anak bayi dikasih sufor, tapi saya coba selow aja PDKT sama si ibu. Dengarkan cerita dia, dan bingo! Dia minta saran. Disitulah saya kasih masukan sedikit-dikit.
Kalau memanage kepanikan, ini yang nilainya masih minus haha. Anak demam, saya langsung nangis dan lebay berpikiran macem-macem. Alhamdulillah suami saya kayak air dingin yang kalau saya lagi kelabakan, saya diguyur pakai air cinta #eaaaa (kalau suami baca ini, paling dia bilang, “Gombal.”) haha.
Jadi gimana buibu? Bener ‘kan tulisan saya, kalau sudah menikah, banyak hal yang bisa kita pelajari dan lakukan. Tinggal kita mau atau enggak. Dan tetap, dukungan suami juga sangat dibutuhkan :).

1 komentar:

  1. Ya, menikah itu adalah hal yang wow. Suami adalah pendukung terebaik bagi para istri. Beruntunglah jika istri punya suami demikian.
    Sampai sekarang saya tak bisa pasang tabung gas, tak boleh, sih, demi keamanan. :) Yah, soalnya harus dengarin gimana regulatornya gak bunyi aneh, gitu.
    Soal sufor, saya ASI dan sufor karena faktor kesehatan dan ASI kurang subur. Tapi Palung berhenti nenen saat usianya 2 tahun lebih. :)

    BalasHapus

Silakan komentar dengan bahasa santun :)