Judulnya emang apa
banget. Tapi maksudnya sih, lagi tanya sama diri sendiri. Kalau
dihitung-hitung, kurang lebih hampir empat tahun gak berhubungan dengan profesi
Apoteker. Setelah disumpah, ikut suami yang lagi kuliah ke Jogja setahun. Mau
kerja di sana juga nanggung banget. Alhamdulillah, hamil kedua di Jogja
(Mursyid), makin gak menguatkan azzam kerja hehe. Pasca melahirkan, ditawarin
kerja lagi sama suami. Beliau sih gak melarang. Cuma disuruh menimbang dan menakar
#lha… saya yang sungguh gak rela harus ninggalin bayi unyu macem Muhammad
Tsaqif Al-Mursyid. Meski bisa ASI-perah, tapi entahlah. Rasa gak tega itu,
bikin saya meleleh-leleh jika harus kembali ke Apotek.
Perasaan sedih atau
kangen itu kadang muncul kalau lihat jas apoteker di lemari atau ijazah S.Farm
plus Apt-nya. Nyess aja gitu pas baca Rizki
Khotimah, S.Farm., Apt.
foto dari akun IG sendiri hehehe |
Banyak keluarga
terdekat maupun jauh yang kerap tanya kenapa gak kerja atau, “Apa gak sayang
gelarnya? Kuliah lama, susah lagi.”
Aih, kadang kayak
diiris sembilu sebenernya kalau denger pertanyaan macam gitu. Tapi balik lagi,
lihat wajah Mursyid, rengekan dia… hah. Macem mana mau ditinggal kerja? Kadang
ditinggal beli ikan agak lama aja, itu anak nyariin mana umminya haha. Saya gak
bisa sesetrong emak-emak superkece yang kerja plus jadi IRT. Duh, saya gak bisa
sehebat mereka. Yaaa… kadang kangen sih masukin obat ke dalam plastik klip
obat, dengerin keluhan pasien. Tapi… ya sudahlah. Ini udah pilihan. Btw, meski
saya gak pake jas apoteker lagi, saya masih sering kepo… ah, tepatnya sok-sokan
baca artikel kesehatan atau jurnal yang bahasa inggris wkwk. Apalagi kalau menyangkut
soal kesehatan anak, hehe. Membaca begituan merupakan satu ikhtiar saya supaya
gak lupa kalau saya pernah disumpah jadi Apoteker hehe.
Iri
gak lihat temen-temen apotekermu yang kerja plus jadi IRT juga?
Sejujurnya enggak hehe. Karena ya tadi, saya tahu kapasitas saya sampai mana.
Dulu punya cita-cita S2 pasca menikah, sekarang rasanya menguap. Bukan menyerah
buat menimba ilmu. Tapi berganti prioritas ilmu yang ingin digali. Pingin cari
les bahas arab dan ikut liqoan tahfidz. Kalau hafalan quran, masih coba
sendiri. Karena belum ketemu komunitasnya di Pontianak. Targetnya mau cari les
bahas arab yang waktunya fleksibel. Kenapa gitu? Saya pingin menguasai bahasa
arab biar nanti bisa ngajarin Mursyid dan adik-adiknya Insya Allah.
Namun bukan berarti,
mereka yang kerja artinya menggadaikan masa depan anak lho, ya. Bukan. Mereka
tahu kapasitas mereka dan paham konsekuensi. Maka, tinggal menjalani peran masing-masing
sebaik mungkin.
Lalu
kamu menulis? Ya. Saya gak menargetkan karya buku
dalam jangka waktu dekat. Cukup tembus ke media nasional aja cerpen-cerpen saya
hehe (aamiin). Saya ikut komunitas menulis dan sekarang lagi coba merajinkan
lagi ngisi blog.
Gak
minat berwirausaha? Belakangan iya. Saya minat haha. Tapi
gak skala besar macem Apotek. Tapi mimpi punya Apotek masih ada kok (semoga
kelak bisa…). Saya lagi coba bisnis kecil-kecilan. Jualan daster emak-emak.
Eits, alhamdulillah yah, laris manis hihi. Kenapa daster? Karena buat saya,
daster is the best banget lah kalau
di rumah. Hahahaha. Kenapa tertarik dagang? Karena Rasulullah saw dan para
sahabatnya kebanyakan adalah pedagang. Saya pingin belajar kenapa kebanyakan
dari orang-orang hebat zaman Rasulullah saw itu adalah seorang pengusaha.
Terakhir
sebelum ditutup, saya kangen gak kerja pakai jas apoteker?
Kadang kangen itu ada dan terpampang nyata #lebay. Tapi kalau iri lihat
kawan-kawan? Itu mah enggak ada perasaan yang begitu. Saya berusaha bersyukur
menjalani peran ini dengan sebaik mungkin. Hidup ini amanah yang Allah
titipkan. Kelak semua yang kita kerjakan, akan dimintai pertanggung jawabannya.
Mau kerja plus IRT, silakan. Tidak ada yang salah selama paham tugas dan
konsekuensi. Mau di rumah menjalani
peran sebagai istri dan ibu yang full
juga silakan. Asal juga paham tugas serta konsekuensinya.
Pokoknya, buat semua ibu: Selamat
berkarya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan komentar dengan bahasa santun :)