01 April 2013

Rab ne Bana di Jodi

Aku masih ingat tanggal itu, 31 Mei 2012, tawaran ta’aruf denganmu datang dari seorang mbak yang dulu satu ‘Lingkaran’ denganku. Saat hatiku tengah merasa bahagia sebab Alloh memberikan kelulusan kuliah padaku lewat ikhtiar dan do’a. Yudisium!.

Apa kau tau rasanya?. Malu. Sebab aku merasa tak pantas, masih banyak khilaf dan bolong sana-sini pada amal yaumi. 

“Hanya Alloh yang tau, De. Istikharah dan berikhtiar tak ada yang salah. Jika jodoh, takkan kemana” Begitu kata Guru Ngajiku.

Tiga hari aku meminta waktu untuk istikharah. Baiklah. Kuputuskan memberimu kesempatan untuk mengenalku, begitu pun diriku terhadap dirimu. Kemudian, Guru ngajiku menyuruhku untuk membuat Biodata tentang diriku. Wuiih, aku membayangkan kau membaca semua ini. Pipiku selalu bersemu merah saat membayangkan kau mungkin tertawa, namun segera kutepis bayangan itu. Tetap menjaga hati. Bukan begitu?.

Lalu, H-2 wisuda aku mendapatkan biodatamu. Masih ada hingga sekarang. Masih tersimpan apik diingatanku pula. Hm, tentu saja aku tak pernah bertemu denganmu saat masih di Kampus dulu. Berbeda amanah dan ranah da’wah rupanya. Dan, hanya 1 bulan kita berkenalan. Lewat guru ngajiku, dan guru ngajimu. 

Tanggal 8 Juli 2012, orang tuaku mengenalmu lewat biodata, mereka banyak bertanya tentangmu. Dan, mereka setuju. Kemudian, dirimu hadir kedalam hidupku. Seminggu setelahnya, 15 Juli 2012, kau datang melamarku. Bertepatan dengan hari lahir ibumu, katamu.
Saat itu, pipiku tak hentinya bersemu merah. Aku sungguh tak berani menatap matamu, apakah kau tengah mencuri pandang?Kurasa iya. Semakin kencang degup jantungku saat Ibumu melingkarkan cincin di jari manis kananku.
 
Acara khitbah selesai dengan khidmat dan bahagia.

Jum’at 7 Desember 2012 kau datang lagi ke rumahku. Untuk mengambil diri dan hatiku. Menjadi imam yang akan membimbingku, agar Surga Alloh kudapat. Supaya Bidadari di Jannah sana cemburu kepadaku. Saat ucapan “SAH” menggema di ruangan tengah rumahku, aku yang berada di Kamar masih tak menyangka kau telah menjadi separuh hatiku. Airmata tak henti berderai. Hingga aku keluar kamar dan menemuimu dengan malu-malunya. Saat bersalaman itulah, aku berjanji akan menjadi istri yang sholihah. Saat kau mencium keningku, aku berkata dalam hati akan mencintai dan menyayangimu sepenuh hatiku. 



Tak perlu waktu berhari-hari, seperti telah lama mengenalmu, hatiku pun mulai mencintaimu dengan sebuah pengertian yang tak terdefinisi. Mungkin karena malaikat milik-Nya lah yang mengirimkan paket cinta itu untuk hatiku. Bukan sebab fisik, harta, kedudukan. Sentuhan lembut tanganmu saat membelai lembut kepalaku, membuat aku merasa menjadi wanita yang paling bahagia. 

Esoknya, tasyakur pernikahan yang membuatku semakin mencintaimu. Terimakasih,Sayang. Atas hadirnya engkau ke kehidupanku. Mari, kita arungi lautan kehidupan yang sarat akan makna dan  tak lepas dari ujian. Pimpin, dampingi, dan sayangiku selalu. Besarkanlah maaf dan pengertian untukku jika kelak aku terlalu kekanakkan dan membuat salah. 



Kau adalah kado terindah kedua setelah orang tuaku yang Ia kirimkan untukku ke dunia ini. Semoga Alloh selalu memberkahi pernikahan  dan mengistiqomahkan kita di Jalan da’wah. Sebab, di jalan inilah Alloh mempertemukan kita.

Aku mencintaimu karena Alloh, Suamiku. 





Muhammad Syahri Mubarok dan Rizki Khotimah
Rab ne Bana di Jodi a.ka It's a match made  by God, InsyaAlloh.

2 komentar:

  1. uda nikah pun gaya andalan ny tetep sama yahhh -_____-

    BalasHapus
    Balasan
    1. -_____-"
      suamiku juga bilang gitu..
      "Neng gak punya gaya lain selain peace -> ^^V
      -____-

      Hapus

Silakan komentar dengan bahasa santun :)