16 Oktober 2011

hatiku tertegun pada uang kembalian

Iseng di suatu siang bolong, tepatnya saat saya melepas lelah di dalam kamar kosan. Sembari mengingat, di dompet masih ada uang berapa ya?. Haha..

Alhamdulillah.. masih lebih dari sekedar cukup.

Tapi..Uupps!. tiba-tiba saja saya terheran dan bengong memandangi kertas yang memiliki nominal 1.000 dan 2.000 yang terselip diantara uang lainnya. 

“Masya Alloh..” Lirih saya. 

Emang kenapa??. ( begitu kan, komentar anda. Hehe).

Hm, agak terheran saya. Kok ada ya, orang yang tega kasih uang dengan ‘penampilan’ seperti ini?.

LECEK saudara-saudara!. Mending kalau cuma lecek. Tapi di pojok uang-uang kertas itu sudah agak ‘menghilang’. Dan ah, tengahnya ada solatip. Tanda bahwa uang itu terbelah jadi dua. Alhamdulillah yah, masih dua. Belom tiga atau empat.

Saya jadi ingat. Dulu saya pernah membaca tulisan tentang sedekah dengan uang yang sudah sobek. Ya Alloh.itu lebih tega lagi!.

Semoga saya dan anda terlindung dari kejahilan tersebut! Aamiin. 

Besok paginya saya mau pergi. Dan oh..ban depan Pinki (nama motor saya) ada yang aneh. Alhamdulillah, dekat kosan saya ada bengkel. 15 menit berlalu dan Pinki sudah bisa saya pakai dengan normal lagi.
“Berapa, pak?” Tanya ku.
“ Tiga ribu aja, Mbak”.
Aku mengeluarkan selembar dua puluh ribuan. “Mbak..uang pas aja..”sela Bapaknya.
Saya mencari ribuan di dompet Tapi ..uups! ada sih..hanya saja. Dua ribu dan seribu yang penuh dengan ‘luka’ disana-sini.

“mm..pak..saya tuker aja deh, dua puluh ribuannya” kata ku.
“Loh..itu bukannya ada, Mbak?” kata Bapaknya yang ternyata memperhatikan dompet saya (wah..ketauan deh).
“Tapi..Ini uangnya jelek, Pak..”.
“Ah, Gak apa-apa, Mbak..yang penting uang. Daripada repot-repot tuker”.
“mm…iya deh..kalo Bapak gak keberatan. Aduh..tapi maaf banget ya, Pak..”kataku tak enak sambil menyerahkan dua uang kertas itu.
“Iya Mba..gak apa-apa. makasih ya Mbak..”
“i.iya, Pak..sama-sama..”

Ya Alloh. Aseli! Jujur. Saya bener-bener gak enak banget sama bapak montir itu. Harusnya sebelum pergi, saya sisihkan saja dua uang itu. supaya gak terpakai.

Dan..orang ikhlas kedua yang pernah saya temui adalah Bapak Tukang Parkir. Adik kosa saya memberinya uang seribuan yang tak lagi elok dipandang. Saya tegur dan saya suruh ganti. Tapi kata bapaknya, “gak apa-apa, Mbak..yang penting masih berwujud uang..”.

Aduh, nyeri euy!. 

Ternyata, ketika terjadi suatu transaksi. Entah jual beli barang atau jasa. Disitu bukan hanya sekedar kepuasan atau berapa nominal yang dikeluarkan. Tapi juga ada sisi “pemberian” yang kadang terlupa sebagai seorang pembeli atau pembayar.
Pantaskah kita memberikan pada seseorang dengan barang yang sudah jelek rupanya atau tak layak lagi?.



jika kita diberi uang kembalian setelah belanja dan ternyata uang kembalinya itu tak sebagus uang yang kita beri sebelumnya untuk membayar, bukankah kita tak menyukainya?. Lalu, mengapa terkadang kita iseng memberi uang kembalian yang jelek tadi pada orang lain lagi?. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan komentar dengan bahasa santun :)