26 Oktober 2011

(curhat) Ibu, aku rindu

Di ujung senja aku kembali tersandung batu dan kemudian terjatuh. 


Dan tiba-tiba saja, sesosok yang ku rindu bermain di ruang hati.

surat hanya untuk ibu

Ibu, aku rindu. 

Rasa percaya ku pada cinta, kini seperti pasir di pantai yang terkikis oleh air laut.

Ibu, aku butuh belaian tulusmu. Aku butuh jemari halus mu tuk keringkan air yang terus saja mengalir di pipi. Butuh dekapan hangat mu kala dingin menusuk jiwa ku.

Ibu, aku rindu.

Aku butuh dengar suara lembut dan tenangmu tuk redam tangisan kerasku. Ibu, aku butuh wajahmu yang teduh kala hati ku memanas.

Ibu, aku rindu.

Aku butuh engkau yang paham akan bahasa kekanak kan ku. Karena hanya kau yang paling sabar dalam menerjemahkan kesakitan ku.Aku butuh seliter nasehat penyubur jiwa agar hati ini tak lagi kerontang.

Ibu, aku rindu.

Ibu, mengapa cinta tega menusukkan pada ku pedang yang tajam dan berkarat?. Apa kah ia tak tau bahwa rasanya sakit dan bisa menjadi infeksi yang parah?.

Ibu, aku rindu.

Aku benci sejuta Tanya yang muncul dan berdesakan di jiwa. Rasanya sesak, Bu. Bisakah kau lepaskan aku dari belenggu tanya itu?.
Ibu, senandungkan lah lagu pelipur lara untuk ku. Agar duka segera pergi, lihatlah Bu, ia enggan beranjak dari kalbu ku.

Ibu, aku rindu.

Aku butuh berbait-bait do’a untukku agar dapat selalu tersenyum dan menatap dunia dengan sejuta hikmah dan makna.

Ibu, aku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan komentar dengan bahasa santun :)